Kendaraan tang di tumpangi oleh Brigjen Mallaby yang tewas |
PROLOG
Pertempuran
Surabaya adalah pertempuran antara pasukan TNI dan pejuang kemerdekaan terhadap
Pasukan India dan Inggris yang merupakan bagian dari Revolusi Nasional
Indonesia. Puncak pertempuran itu terjadi pada bulan November 1945.
INSIDEN HOTEL YAMATO
INSIDEN HOTEL YAMATO
Pada
tanggal 17 Agustus 1945,
Presiden Soekarno dan Hatta mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia di
Jakarta
dua hari setelah Jepang menyerah terhadap tentara sekutu dibawah
pimpinan
Jendral Douglas Mac Arthur di Pasifik. Kabar tentang deklarasi
kemerdekaan tersebut
pun tersebar di seluruh nusantara, dan dalam
minggu-minggu berikutnya, terjadi kekosongan kekuasaan dan menciptakan
suasana ketidakpastian lalu pada tanggal 19 September 1945,
sekelompok tawanan Belanda yang
didukung oleh militer Jepang mengibarkan bendera Belanda di luar Hotel
Yamato
(sebelumnya Hotel Oranje, sekarang Hotel Majapahit) di kota Surabaya, Jawa Timur . Hal ini memicu kemarahan rakyat Indonesia yang melihatnya dan langsung masuk dan naik keatas hotel tersebut merobek bagian biru bendera Belanda, dan mengubahnya menjadi bendera Indonesia yang mengakibatkan pemimpin kelompok Belanda, Mr Ploegman, tewas karena diamuk oleh massa yang marah.
(sebelumnya Hotel Oranje, sekarang Hotel Majapahit) di kota Surabaya, Jawa Timur . Hal ini memicu kemarahan rakyat Indonesia yang melihatnya dan langsung masuk dan naik keatas hotel tersebut merobek bagian biru bendera Belanda, dan mengubahnya menjadi bendera Indonesia yang mengakibatkan pemimpin kelompok Belanda, Mr Ploegman, tewas karena diamuk oleh massa yang marah.
Pimpinan Senior tentara Jepang di Surabaya, Laksamana Shibata
Yaichiro, mendukung kepada kelompok Republik dan memberikan kepada pihak Indonesia
akses ke gudang gudang penyimpanan senjata dan amunisi milik jepang kepada
pihak Indonesia. Pada tanggal 3 Oktober,
Laksamana Shibata Yaichiro menyerah kepada kapten Angkatan Laut Belanda, yang merupakan perwakilan pihak pasukan
Sekutu yang pertama tiba. Yaichiro memerintahkan pasukannya untuk menyerahkan
senjata mereka yang tersisa ke pihak pejuang Indonesia dan pihak Indonesia harus menyerahkan senjata mereka ke
sekutu, tetapi para pejuang menolak
perintah tersebut.
Lalu sekitar Oktober 1945 pasukan
Inggris mendarat di Surabaya dan membawa kontingen militer Belanda yang disebut Administrasi Sipil Hindia-Belanda
(NICA). Tujuan utama dari pasukan Inggris di Surabaya adalah menyita senjata dari tentara Jepang dan milisi
Indonesia, mengurus mantan tawanan perang (POW), dan mengirim pasukan Jepang
yang tersisa kembali ke Jepang. Pihak Inggris
merasa khawatir tentang meningkatnya keberanian dan kekuatan dari pihak nasionalis.
AWAL PERTEMPURAN DI SURABAYA
AWAL PERTEMPURAN DI SURABAYA
Pada bulan September dan Oktober
1945 serangkaian insiden terjadi yang melibatkan pro IndoBelanda, dan
kekejaman yang dilakukan oleh massa Indonesia terhadap interniran eropa. Lalu
pda tanggal 25 Oktober sekitar enam ribu tentara India dibawah komando Inggris
dikirim ke Surabaya untuk mengevakuasi interniran warga eropa dan dalam waktu
tiga hari pertempuran berskala kecil dimulai. Setelah pertempuran sengit antara pasukan
India Inggris dgn sekitar 20.000 pasukan Indonesia dari Angkatan Darat
yang baru dibentuk yaitu Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang didukung oleh massa berjumlah sekitar 70,000-140,000 orang, lalu
pihak Inggris membawa Presiden Soekarno bersama Wakil Presiden Moh. Hatta dan
para menterinya Amir Sjarifuddin , untuk meredam konflik tersebut, dan gencatan
senjata dicapai pada tanggal 30 Oktober 1945
TERBUNUHNYA JENDRAL MALLABY
TERBUNUHNYA JENDRAL MALLABY
Beberapa hari sebelumnya pada
tanggal 26 Oktober 1945, Brigadir Jendral Mallaby mencapai kesepakatan dengan
Mr Suryo, gubernur dari Jawa Timur, menyatakan bahwa Inggris tidak akan meminta pasukan
Indonesia / milisi untuk menyerahkan senjata mereka, Akan tetapi terjadi sebuah
kesalahpahaman tentang kesepakatan antara pasukan Inggris di Jakarta (yang
dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison) dengan pasukan Brigjen Mallaby di Surabaya yang berdampak sangat fatal.
Kekuatan pasukan Inggris di Surabaya
adalah sekitar 6.000 pasukan dari India dari 49th Infantry Brigade of the 23rd Indian
Division . Ketika pertempuran mencapai puncaknya , pasukan Inggris mengirim pasukan tambahan yang terdiri
dari 24.000 tentara bersenjata lengkap dari Divisi India ke-5, yang di dukung 24
tank Sherman, 24 pesawat tempur dan pembom, 2 kapal penjelajah dan kapal perusak.
Sementara pasukan Indonesia
terdiri dari 20.000 tentara yang baru dibentuk yaitu Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) yang diperkirakan didukung sekitar 100,000-120,000 laskar. TKR dibentuk oleh
mantan anggota Peta, sebuah organisasi semi-militer selama pendudukan Jepang.
Para laskar terdiri dari massa pro-kemerdekaan, dipersenjatai dengan senapan,
pedang, dan tombak bambu. Beberapa senjata mereka diambil dari pasukan Jepang
menyerah.
Tank Stuart Tentara Inggris menuju ke arah Semarang-Ambarawa |
Pada tanggal 30 Oktober 1945,
Brigadir Mallaby , Pimpinan pasukan Inggris di Surabaya, sedang melakukan
perjalanan berkeliling kota Surabaya
untuk menyebarkan berita tentang kesepakatan baru untuk pasukannya. Ketika
mobilnya mendekati pos pasukan Inggris di gedung International dekat Jembatan
Merah , mobilnya dikepung oleh pejuang
dan terjadilah insiden Brigjen Mallaby ditembak dan dibunuh oleh pejuang.
Akibat terbunuhnya Brigjen Mallaby,
pihak Pasukan Inggris sangat marah dan mengultimatum untuk penyerahan di pihak
pejuang Indonesia, lalu terjadilah
peristiwa 10 Noember 1945 di kota Surabaya yang di serbu oleh pihak inggris dari segala
penjuru, pertempuran tersebut berlangsung selama hampir tiga minggu yang
mengakibatkan puluhan ribu rakyat Surabaya tewas, sementara di pihak pasukan
Inggris mencapai 600 prajurit kehilangan nyawa.
No comments:
Post a Comment