dilahirkan di Kanada sekitar tahun 1915 dengan nama Rokus Bernardus Visser adalah mantan anggota pasukan khusus kerajaan Inggris selama perang dunia ke-2, mantan KST Korps Speciale Troepen dan komandan RPKD sekarang Kopassus yang pertama.
Karir di dunia militer
Sejak masa muda RB Visser mengikuti orang tuanya Visser membantu orang tuanya dengan berjualan bola lampu di London. Dan ketika perang dunia kedua dimulai dan negri Belanda jatuh ke tangan tentara Jerman pada tanggal 15 Mei 1940, maka RB. Visser pun terpanggil untuk berjuang dengan mendaftarkan pada dinas Ketentaraan Belanda yang mengungsi ke Inggris yang membentuk kekuatan baru disana. Pada awalnya RB Visser ditugaskan menjadi sopir Ratu Wihelmina. Setelah setahun di post tersebut dia mengundurkan diri dan mendaftarkan diri di sebagai operator radio (Radioman) di 2nd Dutch Troop yang merupakan pasukan komando Belanda yang dilatih oleh Pasukan khusus kerajaan Inggris bersama-sama dengan sukarelawan dari Perancis, Polandia dan Canada. Bersama dengan pasukan sekutu, Visser merasakan operasi tempurnya yang pertama, yaitu dalam operasi Market Garden pada tanggal 17-25 September 1944, saat itu pasukan komando Belanda ke 2 bagian dimana Visser berada, digabung bersama 101st Airborne Division "Screaming Eagle" atau Divisi Lintas Udara 101 dari Amerika Serikat.
Dokumen penugasan RB Visser di 101st Airborne Div dalam perasi Market Garden |
Diterjunkan melalui pesawat layang (Glider) Visser bersama pasukan payung dari Amerika mendarat di bagian dengan konsentrasi pasukan Jerman tinggi. Dua bulan kemudian saat dikumpulkan kembali, Visser digabungkan dengan pasukan Sekutu yang lain dan melakukan operasi pendaratan amphibi di Walcheren, sebuah kawasan pantai di Belanda bagian selatan.
Amsterdam 1945, Lt. RB Visser Front paling depan, posii ketiga dari kiri |
Setelah beberapa lama tinggal di Indonesia dan dengan segala kondisi yang ada rupanya RB Visser menyukai hidup di Asia, sehingga memintaa istrinya (wanita Inggris yang dinikahinya semasa perang dunia 2) dan keempat anaknya untuk ikut dengannya ke Indonesia, akan tetapi istrinya menolak, dan RB Visser memilih untuk bercerai. Saat kembali ke Indonesia pada 1947, Sekolah pimpinannya sudah dipindah ke daerah Cimahi, Bandung dan RB Viser mendapatkan promosi naik pangkat menjadi Kapten. Ketika Belanda harus menyerahkan kedaulatan kepada pemerintahan RIS yang baru berdiri pada tanggal 27 Desember 1949 maka mau tidak mau RB Visser pun harus memilih, tetap tinggal di Indonesia atau kembali pulang ke Belanda, karena sudah merasa nyaman dengan gaya hidup Asia, maka Kapten RB Visser memutuskan untuk tinggal di Indonesia sebagai warga sipil dan hidup bertani bunga di Lembang, memeluk agama islam, menikahi kekasihnya yang orang Sunda dan mengubah namanya menjadi Mochammad Idjon Djanbi.
Ikut membentuk Pasukan Khusus Indonesia
Setelah Belanda meninggalkan Indonesia, maka pemerintahan Indonesia yang baru berdiri masih harusberjuang untuk menegakkan kedaulatan dan keutuhan negara dari pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di wilayah Nusantara. Ketika pasukan RIS harus bertempur melawan perlawanan pasukan Republik Maluku Selatan (RMS) di daerah Maluku, pasukan TNI kala itu merasa kewalahan dalam menghadapi serangan gencar yang dilakukan oleh pasukan pemberontak yang mayoritas bekas KNIL yang didukung oleh bekas pasukan baret hijau yang dikenal dengan pasukan Kommando Speciale Troepen (KST) yang mempunyai keahlian dalam bertempur dalam kelompok kecil, menembak tepat dan bela diri . Belajar dari pengalaman tersebut maka Kolonel Alex Kawilarang selaku pimpinan tertinggi operasi di Maluku mempunyai gagasan untuk membentuk pasukan khusus. Setelah pemberontakan RMS berhasil ditumpas maka Alex Kawilarang berusaha menghubungi RB. Visser untuk membantu merintis sebuah pasukan komando, atas tawaran tersebut RB Visser yang telah mengubah namanya menjadi Moch. Idjon Janbi pun setuju dengan syarat dia mendapatkan pangkat Mayor setingkat lebih tinggi ketika ia mundur dari dinas kemiliteran. Kemudian pada tanggal 16 April 1952 dibentuklah pasukan istimewa tadi dengan nama Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi (Kesko TT. III/Siliwangi) dengan Mayor Mochammad Idjon Djanbi sebagai komandan pertama merangkap sebagai pelatih.
Karena satuan Komando ini perlu didukung dengan fasilitas dan sarana yang lebih memadai dan operasional satuan ini diperlukan dalam lingkup yang lebih luas oleh Angkatan Darat, maka Kesko TT. III/Siliwangi beralih kedudukan langsung dibawah komando KSAD bukan dibawah Teritorium lagi dan pada bulan Januari tahun 1953 berganti nama menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD). Pada tanggal 29 September 1953 KSAD mengeluarkan Surat Keputusan tentang pengesahan pemakaian baret sebagai tutup kepala prajurit yang lulus pelatihan Komando.
Latihan lanjutan Komando dengan materi Pendaratan Laut (Latihan Selundup) baru bisa dilakukan pada tahun 1954 di Pantai Cilacap Jawa Tengah. Pada tanggal 25 Juli 1955 KKAD berubah namanya menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD). Yang menjadi komandan tetap sebagai Mayor Mochammad Idjon Djanbi. Untuk meningkatkan kemampuan prajuritnya, tahun 1956 RPKAD menyelenggarakan pelatihan penerjunan yang pertama kalinya di Bandung. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan, maka Mayor Infanteri Mochammad Idjon Djanbi menginginkan agar prajurit RPKAD memiliki kemampuan sebagai peterjun sehingga dapat digerakkan ke medan operasi dengan menggunakan pesawat terbang dan diterjunkan di sana. Lulusan pelatihan ini meraih kualifikasi sebagai peterjun militer dan berhak menyandang Wing Para.
Berhenti dari pasukan khusus
Pada tanggal 25 Juli 1955, KKAD ditingkatkan menjadi RPKAD dan dikepalai tetap oleh Mayor Mochamad Idjon Djanbi dengan Kastaf Mayor Djaelani sebagai Komandan SPKAD (sekolah Pasukan Komando Angkatan Darat) dan dibantu oleh Letnan LB Moerdani sebagai wakilnya. Di bawah pimpinan Mayor Djaelani dan wakilnya LB Moerdani, pendidikan komando mulai memperlihatkan hasil yng cukup memadai walaupun banyak kekurangan tenaga pengajar maupun dana, dan hal tersebut melipatgandakan keefektifan tempur pasukan.
Pimpinan TNI-AD kala itu melihat celah untuk mengambil alih kepemimpinan di RPKAD ke orang asli pribumi tetapi hal tersebut tercium oleh mayor Djanbi, Mayor Djanbi marah dan tersinggung lalu mengajukan pensiun dini. Kebetulan pada saat itu pada tahun 1956, Indonesia sedang aktif menasionalisasi perusahaan-perusahaan milik asing dan Moh Idjon Djanbi yg sudah menjadi WNI diberi jabatan mengepalai perkebunan milik asing yg dinasionalisasi. Tetapi ia tetap tidak pensiun sebagai anggota RPKAD (hanya di"karyakan"), pada 1969 pada saat ulang tahun RPKAD Mayor Moh. Idjon Djanbi diberi kenaikan pangkat menjadi Letnan Kolonel.
WAFAT
Moch Idjon Janbi wafat pada tanggal 1 April 1977 karena sakit Usus Buntu yang sudah kronis dan dimakamkan di TPU Kuncen-Jogjakarta.
No comments:
Post a Comment