Monday, 9 May 2016

Aksi Militer tentara Belanda di Sumatera Selatan






  Agresi Militer II Belanda ke Wilayah RI di Sumbagsel
Di Daerah Sumatera Bagian Selatan Agresi Militer II Belanda dilakukan pada akhir desember 1948. Daerah pertama yang mendapat serangan adalah Jambi (28 Desember 1948), kemudian Sumatera Selatan (29 Desember 1948), Lampung (1 Januari 1949), dan Bengkulu (5 Januari 1949).
  1.  Jambi (28 Desember 1948)
Wilayah Keresidenan Jambi diserang oleh pasukan Belanda. Dibawah tanggung jawab Sub Territorium Djambi (STD) dipimpin Letnan Kolonel Abunjani. Membawahi tiga Batalion dan satu pasukan AURI , yaitu Batalion Sarolangun dipimpin Mayor Harun Sohar, Batalion Tanah Minyak dipimpin Kapten Slamet. Batalion Jambi dipimpin Kapten Marzuki (kemudian diganti Kapten Zainal Rivai) serta pasukan AURI yang dipimpin Kapten udara Suyono dan Letnan udara Maki Perdana Kesuma (Syafruddin. 389)
Serangan dilakukan dengan mengerahkan 14 pesawaat yang terdiri dari 9 Dacota, 4 pesawat B.25 dan sebuah pesawat Mustang. Kota Jambi dihujani peluru dan bom serta penyebaran berabagai pamlet dan Belanda juga menerjunkan pasukan payungnya di daerah Tanah Minyak (Tempino, Kenali asam dan Bajubang) tanggal 29 Desember 1948. Pasukan TNI dan buruh melakukan perlawanan dengan cara membumihanguskan objek-objek vital di Jambi. Pasukan Belanda menyebarkan pamlet untuk tidak membumihanguskan akan tetapi hal demikian membuat Pasukan TNI dan Buruh semakin gencar melakukan perlawanan. Pasukan TNI dipimpin Letnan Simatupang bersama barisan buruh minyak mengadakan perlawanan sengit di daerah Tempino, dalam pertempuran ini gugur 20 orang TNI (termasuk Letnan simatupang, 30 buruh minyak dan 5 orang polisi. Kapten Rivai, Kapten Marzuki memimpin pembakaran sumur minyak. 30 sumur minyak dibakar dan baru dapat dipadamkan selam 3 bulan.dan harus dibayar mahal dengan gugurnya Kapten Marzuki dan Kapten Sujono.
Setelah pertempuran itu Belanda berhasil menguasai produksi operasi minyak yang penting yaitu Tempino, Kenali asam dan Bajubang. Pasukan TNI mengundurkan diri ke luar kota sambil menyusun strategi untuk melakukan perang gerilya, dan kemudia dipilihlah Bangko tempat Sub Territorium Jambi Letnan Kolonel Abunjani dan staffnya.

Wednesday, 30 March 2016

Marsekal Muda Leo Wattimena/ “Bladsem”

Leonardus Willem Johanes Wattimena



Marsekal Muda TNI (Anumerta) Leonardus Willem Johanes Wattimena (lahir di Singkawang, Kalimantan Barat, 3 Juli 1927 – meninggal di Jakarta, 18 April 1976 pada umur 48 tahun) adalah seorang perwira dan penerbang AURI yang terkenal di era 1950-1960-an. Ia adalah anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan HL Wattimena dan UR Wattimena.
Karier di AURI dimulai bersama calon-calon kadet penerbang yang dikirim untuk mengikuti pendidikan Sekolah Penerbang Taloa selama satu tahun di California, Amerika Serikat pada tahun 1950. Pendidikan penerbang tersebut diikuti 60 kader yang dikirim pemerintah Indonesia untuk mengikuti pendidikan penerbang "Trans Ocean Airlines Oakland Airport" (TOLOA). Selama mengikuti pendidikan penerbang di Taloa, Leo Wattimena menjadi lulusan terbaik dari 45 kadet yang menjadi penerbang, dan selebihnya menjadi navigator. Dari hasil yang sangat membanggakan itu membuat dirinya mendapat kesempatan bersama 18 rekannya untuk melanjutkan pendidikan instruktur selama tujuh bulan di TOLOA.
Sesampainya kembali di tanah air selanjutnya ditempatkan di Skadron 3 Lanud Halim Perdanakusuma sebagai penerbang pesawat tempur merangkap instruktur Pesawat P-51 Mustang.

Sunday, 28 February 2016

Tentara Pelajar



Dua orang Tentara Pelajar dengan senapan mesin berat yang diletakkan di atas sebuah meja di persimpangan jalan, lokasi sekitar jawa tengah, 12 november 1949.

Two Tentara Pelajar at an intersection with a heavy machine gun which is placed on a table.


Fotografer : Burgt, Th. van de / DLC
Auteursrechthebbende :Nationaal Archief