Julius
Tahija
Julius Tahija adalah seorang
Pengusaha Sukses, eks mantan Letnan KNIL dan penerima kehormatan tertinggi Ridder
Willems-Orde dari kerajaan Belanda. Julius Tahija dilahirkan di Surabaya
tanggal 13 Juli 1916, Menyelesaikan pendidikan HBS, sebuah
sekolah dagang yang membekalinya ilmu administrative. Sejak usia 10
tahun Julius sudah ditingga mati ibunya, mulai dari usia kecil itulah Julius
Tahija sudah rajin menabung dan dari uang tabungannya itulah Julius mulai
belajar bisnis dengan menjual beras, diusia 12 tahun Julius Tahija sudah
menguasai beberapa bahasa asing seperti Inggris, Jerman, dan Belanda termasuk cakap
dalam bahasa jawa, setelah r mulai berkembang Sebagai saudagar muda, ia kerap bekerjasama
dengan saudagar keturunan Cina dan ia mengaku banyak belajar dari mereka. Bisnisnya
kemudian berkembang pesat, dan ketika berusia 19 tahun, ia sudah menjadi
importir barang-barang dari Belanda, Jepang, Singapore dan Amerika Serikat.
Dari hanya memiliki sepeda untuk berdagang, ia kemudian mampu membeli truk
untuk menjalankan bisnisnya.
Perjalanan hidupnya mulai
berubah ketika pada tahun 1937 ia mendaftarkan diri sebagai tentara KNIL dan ikut
latihan militer di Bandung dan mengikuti
pendidikan lanjutan di bidang penerbangan ,
hingga suatu hari ia dipanggil komandan pendidikan. “Terbangmu kurang
bagus ! , jadi kamu dikembalikan ke Infantry” kata komandan merangkap
pelatihnya. Julius memang mengakui bahwa
ia memang tidak “ahli” dalam menerbangkan pesawat terbang.
Ketika perang dunia melanda di
belahan negra eropa dimana negara Belanda sudah ditaklukan tentara pendudukan Jerman,
dan perang besar itu mulai menghampiri negara di belahan Asia dan tentara
Jepang secara gemilang mulai menguasai negara Malaysia dan Singapura akhirnya tentara kekaisaran berhasil masuk Indonesia di tahun
1942, Julius Tahija menyingkir ke Australia bersama-sama sisa pasukan KNIL beserta
pemerintahan administratur colonial Belanda di Dutch East Indie.
Menerima
penghargaan Tertinggi Ridder Willems-Orde
|
Sertifikat Riider Willems-Orde Julius Tahija |
Penghargaan tertinggi Ridder
Willems-Orde yang diterima Julius Tahija adalah pada saat ia bersama 13 pasukan
KNIL diperintahkan menyusup ke kota kabupaten Saumlaki yg berlokasi di pulau
Tanimbar di wilayah Indonesia timur yang berbatasan langsung dengan Australia. Pasukan yang dikirim tersebut adalah pasukan
Z-Force yang merupakan unit pasukan komando yang masuk ke belakang garis pertahan
musuh yang bertugas menyabotase, dan mengumpulkan informasi intelligent tentang pergerakan dan lokasi
tentara Jepang. Sersan satu Julius Tahija adalah salah satu dari tim Z-force
yang direkrut dan dilatih oleh pemerintah Australia untuk mengikuti misi
Z-Force yang sangat-sangat berbahaya, sangat rahasia, dan penting untuk
kepentingan pasukan sekutu yang bermaskas di Australia.
Pada 31 Juli 1942, satu kontingen pasukan Austalia, mencoba mendarat di Saumlaki untuk memperkuat
barisan Z-Force yang terdiri dari tentara Belanda-KNIL, tapi usaha itu gagal.
Dua kapal HMAS Southern Cross dan Chinampa
meninggalkan Darwin pada tanggal 28 Juli 1942. Tapi sayangnya rombongan
pasukan tersebut telah didahului oleh pendaratan tentara Jepang sehari
sebelumnya.Dalam pendratan tentara Jepang sehari sebelumnya itulah para pasukan
Z-Force melakukan penyerangan dengan
bermodalkan 13 pasukan dan bersenjatakan api ringan bertempur menghadang
pendaratan 300 tentara Jepang, korban ditentara jepang banyak berjatuhan dan
pendaratan pasukan itu pindah sementara ke tempat lainnya. Tak lama kemudian
tentara Jepang menyerang kembali posisi pasukan Z-Force tersebut, 6 anggota
pasukan Z-Force gugur , dan sisa pasukan bersembunyi di semak-semak dan mundur melakukan perang gerilya.
Sementara itu HMAS Chinampa
dan HMAS Southern Cross masih agak jauh dari lokasi pendaratan dan menyadari bahwa kota Saumlaki telah jatuh
ketangan musuh. Pada sekitar pukul 09:30
HMAS Southern Cross mengalami kerusakan mesin dan Chinampa melanjutkan perjalanan
sendirian menuju lokasi pendaratan . Dia berlabuh melego jangkar beberapa puluh
meter dari pelabuhan hari itu juga dan mengharapkan kekuatan pasukan Z-Force masih
memegang kendali, Ketika Komandan kapal HMS Chinampa Warant
Officer Frederick Henderson dari RANR mencoba turun dan mendarat ke pelabuhan pasukan jepang
menyerang dan Warant
Officer Frederick Henderson bersama unit pasukannya langsung kembali naik ke
kapal dan menjauhi dermaga tersebut.. Dan keesokan harinya pada tanggal 31 Juli
1942 HMAS Southern Cross telah kembali
diperbaiki dan berada di posisi dekat dengan pelabuhan Saumlaki, HMAS Chinampa kembali berusaha mencoba untuk mendaratkan pasukan , tapi terpaksa mundur setelah datang serangan yang begitu
hebat dari tentara Jepang dan membunuh
Henderson 34 tahun serta melukai dua orang lainnya, HMAS Chinampa dan HMAS Southern
Cross akibatnya menarik diri tanpa mendarat pasukan mereka , dan kembali ke
Darwin pada tanggal 2 Agustus 1942.
Akhirnya sisa Pasukan Belanda yang masih hidup mencoba melakukan pelarian mereka pulau
tetangga yaitu pulau Larat dan mereka bergabung dengan pasukan lainnya termasuk dua tentara
Australia ,KNIL, Polisi setempat dan beberapa warga sipil , lalu melanjutkan persembunyian
di pulau-pulau lainnya dan akhirnya berhasil kembali ke wilayah Australia dengan mendarat
di pulau Bathurst pada tanggal 14 Agustus 1942.
Setelah Jepang kalah dan pemerintah colonial Belanda kembali
masuk ke Indonesia Julius Tahija telah mendapatkan promosi dengan menjadi
pangkat Letnan dengan posisi sebagai Ajudan dari Panglima tertinggi tentara
KNIL di Dutch East Indies, General Simon Spoor.
Keluar
dari dunia Militer
Setelah masa perang, Tahija terpilih sebagai anggota kabinet
Negara Indonesia Timur dan aktif dalam negosiasi yang kemudian ikut mengantarkan
Indonesia pada pengakuan kedaulatan pada Desember 1949. Atas rekomendasi
Jenderal TB Simatupang, Tahija bergabung dengan TNI dengan pangkat letnan
kolonel.
Dua tahun kemudian di tahun 1951, setelah mundur dari TNI,
Presiden Soekarno mengajaknya bergabung dengan perusahaan minyak dan gas
Amerika, Caltex, sebuah perusahaan joint
venture antara Chevron dan Texaco Corps. Selepas jabatan eksekutif Caltex,
Tahija kemudian terjun sepenuhnya ke bisnis dan menjadi penyantun di berbagai
lembaga pendidikan.
Julius Tahija, orang Indonesia pertama yang
menduduki jabatan tertinggi di Caltex (dikenal sebagai PT Caltex Pacific
Indonesia/sekarang Chevron), yakni sebagai Ketua Dewan Direksi. Jabatan itu dia
raih pada tahun 1966, setelah mengawali karier di bidang perusahaan minyak dan
gas tersebut pada tahun 1951 sebagai Assistant to the Managing Director,
Ketua Dewan Komisaris (1977) dan Ketua Emiritus Dewan Komisaris (sejak
1994). Dalam bisnis ia menjadi pelopor dalam keterlibatan pengusaha lokal dalam
perusahaan multinasional, antara lain terlibat dalam PT Faroka, PT Procter
& Gambler (Inggris), PT Filma, PT Samudera Indonesia, Bank Niaga, Freeport
Indonesia. Ia juga tercatat sebagai pendiri Tugu Insurance, anggota Dewan
Penyantun ITB
Memiliki
dua putra, yakni George Tahija dan Sjakon Tahija, serta lima cucu.
Julius Tahija wafat pada tanggal 30 Juli 2002 dan di makamkan di makam
keluarga di daerah Puncak-Jawa Barat.
Ref :
http://www.mmskobtsova.com/downloads/pdf/Part%201%20%20PDF.pdf
Sang Komandan, Petrik Matanasi
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/10/11/08103815/Bisnis.Beretika.ala.Julius.Tahija
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1286/Julius-Tahija
http://www.navy.gov.au/hmas-chinampa