Showing posts with label Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL)/Koninklijk Leger. Show all posts
Showing posts with label Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL)/Koninklijk Leger. Show all posts

Monday, 9 May 2016

Aksi Militer tentara Belanda di Sumatera Selatan






  Agresi Militer II Belanda ke Wilayah RI di Sumbagsel
Di Daerah Sumatera Bagian Selatan Agresi Militer II Belanda dilakukan pada akhir desember 1948. Daerah pertama yang mendapat serangan adalah Jambi (28 Desember 1948), kemudian Sumatera Selatan (29 Desember 1948), Lampung (1 Januari 1949), dan Bengkulu (5 Januari 1949).
  1.  Jambi (28 Desember 1948)
Wilayah Keresidenan Jambi diserang oleh pasukan Belanda. Dibawah tanggung jawab Sub Territorium Djambi (STD) dipimpin Letnan Kolonel Abunjani. Membawahi tiga Batalion dan satu pasukan AURI , yaitu Batalion Sarolangun dipimpin Mayor Harun Sohar, Batalion Tanah Minyak dipimpin Kapten Slamet. Batalion Jambi dipimpin Kapten Marzuki (kemudian diganti Kapten Zainal Rivai) serta pasukan AURI yang dipimpin Kapten udara Suyono dan Letnan udara Maki Perdana Kesuma (Syafruddin. 389)
Serangan dilakukan dengan mengerahkan 14 pesawaat yang terdiri dari 9 Dacota, 4 pesawat B.25 dan sebuah pesawat Mustang. Kota Jambi dihujani peluru dan bom serta penyebaran berabagai pamlet dan Belanda juga menerjunkan pasukan payungnya di daerah Tanah Minyak (Tempino, Kenali asam dan Bajubang) tanggal 29 Desember 1948. Pasukan TNI dan buruh melakukan perlawanan dengan cara membumihanguskan objek-objek vital di Jambi. Pasukan Belanda menyebarkan pamlet untuk tidak membumihanguskan akan tetapi hal demikian membuat Pasukan TNI dan Buruh semakin gencar melakukan perlawanan. Pasukan TNI dipimpin Letnan Simatupang bersama barisan buruh minyak mengadakan perlawanan sengit di daerah Tempino, dalam pertempuran ini gugur 20 orang TNI (termasuk Letnan simatupang, 30 buruh minyak dan 5 orang polisi. Kapten Rivai, Kapten Marzuki memimpin pembakaran sumur minyak. 30 sumur minyak dibakar dan baru dapat dipadamkan selam 3 bulan.dan harus dibayar mahal dengan gugurnya Kapten Marzuki dan Kapten Sujono.
Setelah pertempuran itu Belanda berhasil menguasai produksi operasi minyak yang penting yaitu Tempino, Kenali asam dan Bajubang. Pasukan TNI mengundurkan diri ke luar kota sambil menyusun strategi untuk melakukan perang gerilya, dan kemudia dipilihlah Bangko tempat Sub Territorium Jambi Letnan Kolonel Abunjani dan staffnya.

Monday, 22 February 2016

Tentara Belanda menduduki kota Solo

De Nederlandse militairen Luining uit Groningen en Jansen uit Borne met enige in beslag genomen geweren van ouderwets model te Solo, datum 21 december 1948

Sunday, 7 February 2016

anggota TNI bersama tentara Belanda berfoto di Garis Van Mook/Garis Status Quo

Anggota TNI dan Tentara Belanda berpose di bawah papan Status Quo feb 48




Garis Perbatasan ini diciptakan setelah Perjanjian Renville pada Januari 1948, yang mengakhiri aksi polisionil Agresi Militer Belanda selama masa penjajahan era th 1946-1947. Garis Status Quo, dinamakan berdasarkan Hubertus van Mook, adalah perbatasan buatan yang memisahkan wilayah milik Belanda dan Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Perbatasan ini diciptakan setelah Perjanjian Renville pada Januari 1948.
Garis ini dikelilingi oleh tanah tak bertuan yang mencakup wilayah sepanjang 10-15 km. Pada akhir 1948, militer Indonesia melanggar gencatan senjata dengan menyusupkan pasukan gerilya ke daerah-daerah yang diduduki oleh Belanda. Tindakan ini mendorong Belanda untuk meluncurkan serangan dalam skala penuh untuk kedua kalinya pada bulan Desember 1948, yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda II

Sunday, 31 May 2015

TRAGEDI KAPAL JUNYO MARU/ JUNYO MARU HELL SHIP”



“TRAGEDI  KAPAL  JUNYO MARU/ JUNYO MARU HELL SHIP”
The Sinking of the Junyo Maru
One of the largest, yet most forgotten, maritime disaster of WWII
At about half past five we were roused from a light snooze by a dull and the trembling of the entire ship, my first thought was: an explosion of one of the boilers. We all jumped up which caused an enormous scramble for the only steps leading to the deck. A few seconds after the first explosion there was another bang, which appeared to be much more severe than the first one, and gun-powder smoke came into our hold through the adjoining No.4 hold. The ship's sirens started blaring and then we realised that we had been torpedoed” Hans Lüning (1907-1995) writes

Latar belakang
Selama Perang Dunia II, sekitar 70.000 atau lebih tawanan perang yang terdiri dari tentara sekutu dan Romusha (buruh paksa) dari Asia termasuk Indonesia  dipindahkan ke kapal dagang Jepang  dan dikirim ke daerah pendudukan untuk bekerja paksa membangun lapangan terbang, jalur kereta api, dll. Para tawanan tersebut diangkut oleh kapal-kapal cargo milik kekaisaran Jepang. Bagi para tahanan yang selamat mereka menyebutnya kapal tersebut dgn julukan  'kapal neraka, (Hell Ship) karena penderitaan dan perlakuan yg mereka alami sungguh jauh dibawah peri kemanusiaan, perlakuan dan siksaan buruk selalu mereka alami, para tawanan dimasukkan kedalam lambung kapal yang kotor berdesak-desakan, tidak bisa tidur karena ruangan penuh dengan manusia,fentilasi buruk, kotoran manusia tercecer dilantai, makanan dan air minim, lambung kapal tercium bau busuk, kalau siang hari udara seperti masuk ruang oven, panas seperti dipanggang, udara pengab terperngkap dalam dinding baja kapal yang panas, banyak tahanan yang tadinya sehat menjadi sakit, sementara tahanan yang sakit langsung mati.  “Anda dibesarkan seperti tikus, juru kapal mengejek, dan Anda akan mati seperti tikus”. Salah satu kapal yang mengangkut para tahanan perang dan buruh paksa itu adalah kapal Junyo Maru yang berangkat dari pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada tanggal 16 September 1944 yang menuju Pekanbaru untuk membangun jalur kereta api didaerah Sumatra  kapal tersebut membawa tahanan yang terdiri dari 1.377 tentara Belanda, 64 tentara Inggris dan Australia, dan 8 tentara Amerika, termasuk 4200 buruh Romusha dari Indonesia.  
detik-detik Junyo Maru tenggelam

Spesifikasi Kapal

Kapal Junyo Maru dibangun pada tahun 1913 oleh Robert Duncan & Co galangan kapal di Glasgow, Skotlandia dengan spesifikasi : panjang 123m, lebar 16m, tinggi 8,3m, dan dengan kapasitas mesin sebesar 475hp. Dalam menjalankan fungsinya sebagai kapal angkut buat tahanan perang kapal tersebut dimodifiksi dengan tambahan ektra decks yang dibuat dari bambu. Dibagian Deck kapal juga menjadi tempat buat para tahanan istirahat (karena di lambung kapal sudah penuh dengan tahanan lain yg berjejal.
Tragedi

 Kehadiran kapal Junyo Maru tersebut sudah diintai oleh kapal selam Inggris yaitu HMS Tradewind yang dipimpin oleh Lt.Cdr. Lynch Maydon.  Komandan kapal selam tersebut  tidk mengetahui bahwa kapal Junyo Maru tengah membawa tahanan perang tentr sekutu.  Mengikuti begaikan seekor ikan hiu yang mengincar mangsanya kapal selam tersebut  tengah berupaya mencari saat yang tepat untuk menghancurkan kapal Jepang tsb, hal itu dilakukan Karena kapal Junyo maru dalam perjalanannya tengah dikawal oleh satu buah kapal Corvette dan satu buah Gunboat, bahkan beberapa kali dikawal oleh kapal intai milik angkatan laut jepang yang melintas di udara mencari kapal selam musuh. Tiba-tiba pada pukul 5.30 sore terdengarlah dentuman besar di hull kapal yang malang itu, dan dikuti satu ledakan besar lainnya , dan dalam tempo 20 menit kapal Junyo Maru tenggelam ke dasar laut diperairan Sumatra bersama ribuan nyawa Romusha dan tahanan perang tentara sekutu yang malang. Dari total jumlah sebanyak itu hanya 680 jiwa yang selamat. Salah satu korban jiwa adalah ayahanda Letkol Alex Kawilarang  (pendiri Kopasus( yang juga seorang perwira Knil yang berpangkat mayor.

Kapal selam HMS Tradewind adalah salah satu kapal selam yang gugus tugasnya adlah didaerah Asia, sederet prestasi berjejer atas keberhasilannya menghancurkan beberapa kapal perang jepang. Atas kejadian tenggelamnya Junyo Maru itulah karir HMS Tradewind tercoreng.

 


Junyo Maru
Referensi :

http://en.wikipedia.org/wiki/Jun%27y%C5%8D_Maru
http://members.iinet.net.au/~vanderkp/8transpt.html


Knil Atjeh oorlog

Knil Atjeh






Tentara Knil sedang bersantai di pinggir anak sungai ditengah hutan Aceh, 1908


foto seorang Panglima perang Aceh/Aceh Warrior


foto seorang panglima perang Aceh terhadap Belanda tahun 1900

Wednesday, 1 April 2015

Klewang





KLEWANG
Klewang adalah salah jenis senjata tajam perpaduan golok dan pedang, klewang adalah salah satu jenis senjata tradisional asli dari Indonesia, terdapat banyak bentuk dan ragam jenis senjata Klewang tersebut mulai dari Sumatra, Kalimantan, hingga Sulawesi. Penggunaan senjata Klewang mulai di kenal dalam perang Aceh, selama perang Aceh terbukti bahwa klewang milik pejuang Aceh sangat efektif dalam pertarungan jarak dekat dan satu lawan satu dengan tentara Belanda, sehingga mereka menggunakan hartvanger yaitu (sejenis pedang pendek) yang berat. Banyak Jatuh korban di pihak tentara belanda hingga akhirnya mereka menggunakan tentara KNIL yang dikirim dari Barisan Tjakra Madura, Ambon dan Menado yang juga ahli dalam penggunaan senjata Klewang. Dari perang Aceh itulah maka senjata Klewang merupakan salah satu senjata resmi yang digunakan oleh tentara Belanda selain senjata api untuk menumpas perlawanan para pejuang. Bahkan hingga kini Senjata Klewang digunakan dalam upacara militer di Belanda.

Wednesday, 18 March 2015

serdadu KNIL dari suku Sunda, Ambon, dan Menado






KNIL merupakan serdadu dari pendudukan kerajaan Belanda selama berkuasa di Indonesia, para serdadu ini adalah para warga pribumi dari hampir seluruh wilayah nusantara, seperti tampak dalam foto diatas adalah serdadu KNIL dari suku Sunda (Jawa Barat), Ambon (Maluku), dan Menado (Sulawesi Utara). Foto diatas diambil sekitar tahun 1948-1949

Saturday, 7 March 2015

Polisi Militer tentara Belanda/KNIL

Militaire Politie-Makasar


Tampak dua orang PM (Militaire Politie) KNIL sedang memeriksa kelengkapan tentara KNIL yang sedang mengendarai Jeep, Lokasi Makasar, Januari 1948

Saturday, 7 February 2015

Korps Speciale Troepen di Kota Jogjakarta



Tampak pasukan payung Belanda dari resimen Korps Speciale Troepen memasuki kota Jogjakarta setelah beberapa saat mendarat di lapanga terbang Maguwo, Des 1948, dalam foto tersebut mereka menunjuk ke papan penunjuk jalan menyiratkan bahwa kota Jogja sudah dekat.

Friday, 16 January 2015

Kolonel Raden Ario Majang Koro

Kolonel Majang Koro
Kolonel Raden Ario Majang Koro adalah keturunan bangsawan dari Bangkalan-Madura lahir th. 1832 - Madura , Wafat tanggal September 29, 1906 ) , dari brigade “Barisan Bangkalan (Barisan Van Madoera) menerima medali kehormatan Ridder Militaire Willems Orde Vierde Klasse, tingkat empat, dalam pertempuran di Aceh th.1875 dan ekspedisi di Bali th.1849.

Karir
Majang Koro masuk ke dunia militer pada tanggal 15 Agustus 1848 sebagai sukarelawan tentara dengan nama Kaboen Surabaya , dipromosikan menjadi Kopral pada 16 Januari 1850 dan Sersan pada tanggal 25 Juni 1850. Ia mengundurkan diri pada 3 Juni 1859 dalam pelayanan Barisan Madura di bawah nama Dewan Majang Koro . Dengan demikian , ia diangkat kembali  pada tanggal 6 Juli 1861 dengan pangkat ajudan letnan, dipromosikan menjadi kapten pada 20 Juli 1871, pada 20 Juli 1872 naik pangkat menjadi Mayor dan pada tanggal 1 April 1881 mencapai  letnan kolonel ,sebagai komandan korps . Pada tanggal 20 Agustus 1901 R.A Mojong Koro dianugerahi penghargaan tertinggi Ridder Willems-Orde dengan pangkat kolonel tituler. Penghargaan ini diberikan atas jasa-jasanya dalam :
  • Ekspedisi ketiga ke Bali ( tahun 1849 , di bawah Jenderal Michiels ).
  • Ekspedisi ke Palembang , draft, pada tahun 1850 , ke Bali.
  • Operasi militer di 1850-1854 di bagian barat Borneo di bawah Mayor Verspyck.
  • pada tahun 1873-1876 , ekspedisi pertama ke Aceh .
  • Ekspedisi Lombok bawah Jenderal Vetter pada tahun 1894 .
Raden Ario Majang Koro
 Selain penghargaan Ridder Willems-Orde R.A Mojong Koro juga memperoleh penghargaan seperti  :
  • 1849, bronze medal for Courage and Loyalty (1850)
  •   The Silver Medal for Courage and Loyalty (for his behavior during the years 1850-1854 )
  •  The Aceh Medal 1873-1874 , the buckle Aceh 1873-1874
  •  The Honorary Sabre (Royal ereblijk participants for their prowess as having themselves distinguished by the military operations in Aceh of December 25, 1875 to March 9, 1876)
  •  He was an officer in the Order of Orange-Nassau (1895)
  •  The Lombok Cross.
  •  The distinguishing sign for Long Service as an officer with the numeral XL 
  • As a token of appreciation for his loyal devotion to duty and long-term and good services through proven him to the land Majang Koro was awarded the predicate Ario on August 15, 1898 .
   Ref : 
- - http://nl.wikipedia.org/wiki/Majang_Koro
  - http://colonial.library.leiden.edu/cgi-bin/
-- Onze vestiging in Atjeh, By G.F.W. Borel

Thursday, 15 January 2015

Sunday, 11 January 2015

Jesajas Pongoh

Sersan satu Yesaya Pongoh
Jesajas Pongoh (Yesaya Pongoh), dilahirkan di Airmadidi, Manado Sulawesi-Utara pada tanggal 7 Mei 1878 adalah seorang Sersan KNIL berasal dari Manado yang menerima penghargaan kehormatan tertinggi Ridder Militaire Willems-Orde 3 Klasse (Penhormatan Tertinggi tingkat 3). atas jasa-jasanya dalam pertempuran di medan perang Aceh periode-2 di tahun 1896-1900. Berdasarkan keputusan kerajaan Belanda tanggal 30 September 1903 Jesaja Pongoh dianugerahi kehormatan tertinggi Ridder Willems-Orde kelas 3, diangkat pangkat menjadi sersan kelas satu pada tanggal 26 September 1921, dan pada tanggal 28 April 192 ia dianugerahi medali emas atas pengabdiannya selama 25 tahun di dunia militer KNIL . Jesajas Pongoh wafat karena sakit pada tanggal 11 Oktober 1934. meninggalkan seorang istri dan enam orang anak.




Ref :
http://nl.wikipedia.org/wiki/Jesajas_Pongoh


Julius Tahija

Julius Tahija

Julius Tahija adalah seorang Pengusaha Sukses, eks mantan Letnan KNIL dan penerima kehormatan tertinggi Ridder Willems-Orde dari kerajaan Belanda. Julius Tahija dilahirkan di Surabaya tanggal 13 Juli 1916,  Menyelesaikan pendidikan HBS, sebuah sekolah dagang yang membekalinya ilmu administrative. Sejak usia 10 tahun Julius sudah ditingga mati ibunya, mulai dari usia kecil itulah Julius Tahija sudah rajin menabung dan dari uang tabungannya itulah Julius mulai belajar bisnis dengan menjual beras, diusia 12 tahun Julius Tahija sudah menguasai beberapa bahasa asing seperti Inggris, Jerman, dan Belanda termasuk cakap dalam bahasa jawa, setelah r mulai berkembang  Sebagai saudagar muda, ia kerap bekerjasama dengan saudagar keturunan Cina dan ia mengaku banyak belajar dari mereka. Bisnisnya kemudian berkembang pesat, dan ketika berusia 19 tahun, ia sudah menjadi importir barang-barang dari Belanda, Jepang, Singapore dan Amerika Serikat. Dari hanya memiliki sepeda untuk berdagang, ia kemudian mampu membeli truk untuk menjalankan bisnisnya.
Perjalanan hidupnya mulai berubah ketika pada tahun 1937 ia mendaftarkan diri sebagai tentara KNIL dan ikut latihan militer di Bandung  dan mengikuti pendidikan lanjutan di bidang penerbangan ,  hingga suatu hari ia dipanggil komandan pendidikan. “Terbangmu kurang bagus ! , jadi kamu dikembalikan ke Infantry” kata komandan merangkap pelatihnya.  Julius memang mengakui bahwa ia memang tidak “ahli” dalam menerbangkan pesawat terbang.
Ketika perang dunia melanda di belahan negra eropa dimana negara Belanda sudah ditaklukan tentara pendudukan Jerman, dan perang besar itu mulai menghampiri negara di belahan Asia dan tentara Jepang secara gemilang mulai menguasai negara Malaysia dan Singapura akhirnya tentara kekaisaran berhasil  masuk Indonesia di tahun 1942, Julius Tahija menyingkir ke Australia bersama-sama sisa pasukan KNIL beserta pemerintahan administratur colonial Belanda di Dutch East Indie.

Menerima penghargaan Tertinggi Ridder Willems-Orde
Sertifikat Riider Willems-Orde Julius Tahija

Penghargaan tertinggi Ridder Willems-Orde yang diterima Julius Tahija adalah pada saat ia bersama 13 pasukan KNIL diperintahkan menyusup ke kota kabupaten Saumlaki yg berlokasi di pulau Tanimbar di wilayah Indonesia timur yang berbatasan langsung dengan Australia.  Pasukan yang dikirim tersebut adalah pasukan Z-Force yang merupakan unit pasukan komando yang masuk ke belakang garis pertahan musuh yang bertugas menyabotase, dan mengumpulkan informasi  intelligent tentang pergerakan dan lokasi tentara Jepang. Sersan satu Julius Tahija adalah salah satu dari tim Z-force yang direkrut dan dilatih oleh pemerintah Australia untuk mengikuti misi Z-Force yang sangat-sangat berbahaya, sangat rahasia, dan penting untuk kepentingan pasukan sekutu yang bermaskas di Australia.
Pada 31 Juli 1942, satu kontingen pasukan Austalia,  mencoba mendarat di Saumlaki untuk memperkuat barisan Z-Force yang terdiri dari tentara Belanda-KNIL, tapi usaha itu gagal. Dua kapal HMAS Southern Cross dan Chinampa meninggalkan Darwin pada tanggal 28 Juli 1942. Tapi sayangnya rombongan pasukan tersebut telah didahului oleh pendaratan tentara Jepang sehari sebelumnya.Dalam pendratan tentara Jepang sehari sebelumnya itulah para pasukan Z-Force melakukan penyerangan dengan bermodalkan 13 pasukan dan bersenjatakan api ringan bertempur menghadang pendaratan 300 tentara Jepang, korban ditentara jepang banyak berjatuhan dan pendaratan pasukan itu pindah sementara ke tempat lainnya. Tak lama kemudian tentara Jepang menyerang kembali posisi pasukan Z-Force tersebut, 6 anggota pasukan Z-Force gugur , dan sisa pasukan bersembunyi di semak-semak dan mundur melakukan perang gerilya.
Sementara itu HMAS Chinampa dan HMAS Southern Cross masih agak jauh dari lokasi pendaratan dan  menyadari bahwa kota Saumlaki telah jatuh ketangan musuh. Pada sekitar pukul  09:30 HMAS Southern Cross mengalami kerusakan mesin dan Chinampa melanjutkan perjalanan sendirian menuju lokasi pendaratan . Dia berlabuh melego jangkar beberapa puluh meter dari  pelabuhan hari itu  juga dan  mengharapkan kekuatan pasukan Z-Force masih memegang kendali, Ketika Komandan kapal HMS Chinampa Warant Officer Frederick Henderson dari RANR mencoba turun dan mendarat ke pelabuhan pasukan jepang menyerang dan  Warant Officer Frederick Henderson bersama unit pasukannya langsung kembali naik ke kapal dan menjauhi dermaga tersebut.. Dan keesokan harinya pada tanggal 31 Juli 1942 HMAS Southern Cross telah kembali diperbaiki dan berada di posisi dekat dengan pelabuhan Saumlaki,  HMAS Chinampa kembali berusaha mencoba untuk  mendaratkan pasukan , tapi terpaksa  mundur setelah datang serangan yang begitu hebat dari tentara Jepang dan membunuh Henderson 34 tahun serta melukai dua orang lainnya, HMAS Chinampa dan HMAS Southern Cross akibatnya menarik diri tanpa mendarat pasukan mereka , dan kembali ke Darwin pada tanggal 2 Agustus 1942.
Akhirnya sisa Pasukan Belanda yang masih hidup mencoba melakukan pelarian mereka pulau
tetangga yaitu pulau Larat dan  mereka bergabung dengan pasukan lainnya  termasuk dua tentara 
Australia ,KNIL, Polisi setempat dan beberapa  warga sipil , lalu melanjutkan persembunyian 
di pulau-pulau lainnya dan akhirnya berhasil kembali ke wilayah Australia dengan mendarat 
di pulau Bathurst   pada tanggal 14 Agustus 1942.

Setelah Jepang kalah dan pemerintah colonial Belanda kembali masuk ke Indonesia Julius Tahija telah mendapatkan promosi dengan menjadi pangkat Letnan dengan posisi sebagai Ajudan dari Panglima tertinggi tentara KNIL di Dutch East Indies, General Simon Spoor.

Keluar dari dunia Militer

Setelah masa perang, Tahija terpilih sebagai anggota kabinet Negara Indonesia Timur dan aktif dalam negosiasi yang kemudian ikut mengantarkan Indonesia pada pengakuan kedaulatan pada Desember 1949. Atas rekomendasi Jenderal TB Simatupang, Tahija bergabung dengan TNI dengan pangkat letnan kolonel.
Dua tahun kemudian di tahun 1951, setelah mundur dari TNI, Presiden Soekarno mengajaknya bergabung dengan perusahaan minyak dan gas Amerika, Caltex, sebuah perusahaan joint venture antara Chevron dan Texaco Corps. Selepas jabatan eksekutif Caltex, Tahija kemudian terjun sepenuhnya ke bisnis dan menjadi penyantun di berbagai lembaga pendidikan.
Julius Tahija, orang Indonesia pertama yang menduduki jabatan tertinggi di Caltex (dikenal sebagai PT Caltex Pacific Indonesia/sekarang Chevron), yakni sebagai Ketua Dewan Direksi. Jabatan itu dia raih pada tahun 1966, setelah mengawali karier di bidang perusahaan minyak dan gas tersebut pada tahun 1951 sebagai Assistant to the Managing Director, Ketua Dewan Komisaris (1977) dan Ketua Emiritus Dewan Komisaris (sejak 1994). Dalam bisnis ia menjadi pelopor dalam keterlibatan pengusaha lokal dalam perusahaan multinasional, antara lain terlibat dalam PT Faroka, PT Procter & Gambler (Inggris), PT Filma, PT Samudera Indonesia, Bank Niaga, Freeport Indonesia. Ia juga tercatat sebagai pendiri Tugu Insurance, anggota Dewan Penyantun ITB
Memiliki dua putra, yakni George Tahija dan Sjakon Tahija, serta lima cucu. Julius Tahija wafat pada tanggal 30 Juli 2002 dan di makamkan di makam keluarga di daerah Puncak-Jawa Barat.






Ref : 
http://www.mmskobtsova.com/downloads/pdf/Part%201%20%20PDF.pdf
Sang Komandan, Petrik Matanasi
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/10/11/08103815/Bisnis.Beretika.ala.Julius.Tahija
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1286/Julius-Tahija
http://www.navy.gov.au/hmas-chinampa