Monday 9 May 2016

Aksi Militer tentara Belanda di Sumatera Selatan






  Agresi Militer II Belanda ke Wilayah RI di Sumbagsel
Di Daerah Sumatera Bagian Selatan Agresi Militer II Belanda dilakukan pada akhir desember 1948. Daerah pertama yang mendapat serangan adalah Jambi (28 Desember 1948), kemudian Sumatera Selatan (29 Desember 1948), Lampung (1 Januari 1949), dan Bengkulu (5 Januari 1949).
  1.  Jambi (28 Desember 1948)
Wilayah Keresidenan Jambi diserang oleh pasukan Belanda. Dibawah tanggung jawab Sub Territorium Djambi (STD) dipimpin Letnan Kolonel Abunjani. Membawahi tiga Batalion dan satu pasukan AURI , yaitu Batalion Sarolangun dipimpin Mayor Harun Sohar, Batalion Tanah Minyak dipimpin Kapten Slamet. Batalion Jambi dipimpin Kapten Marzuki (kemudian diganti Kapten Zainal Rivai) serta pasukan AURI yang dipimpin Kapten udara Suyono dan Letnan udara Maki Perdana Kesuma (Syafruddin. 389)
Serangan dilakukan dengan mengerahkan 14 pesawaat yang terdiri dari 9 Dacota, 4 pesawat B.25 dan sebuah pesawat Mustang. Kota Jambi dihujani peluru dan bom serta penyebaran berabagai pamlet dan Belanda juga menerjunkan pasukan payungnya di daerah Tanah Minyak (Tempino, Kenali asam dan Bajubang) tanggal 29 Desember 1948. Pasukan TNI dan buruh melakukan perlawanan dengan cara membumihanguskan objek-objek vital di Jambi. Pasukan Belanda menyebarkan pamlet untuk tidak membumihanguskan akan tetapi hal demikian membuat Pasukan TNI dan Buruh semakin gencar melakukan perlawanan. Pasukan TNI dipimpin Letnan Simatupang bersama barisan buruh minyak mengadakan perlawanan sengit di daerah Tempino, dalam pertempuran ini gugur 20 orang TNI (termasuk Letnan simatupang, 30 buruh minyak dan 5 orang polisi. Kapten Rivai, Kapten Marzuki memimpin pembakaran sumur minyak. 30 sumur minyak dibakar dan baru dapat dipadamkan selam 3 bulan.dan harus dibayar mahal dengan gugurnya Kapten Marzuki dan Kapten Sujono.
Setelah pertempuran itu Belanda berhasil menguasai produksi operasi minyak yang penting yaitu Tempino, Kenali asam dan Bajubang. Pasukan TNI mengundurkan diri ke luar kota sambil menyusun strategi untuk melakukan perang gerilya, dan kemudia dipilihlah Bangko tempat Sub Territorium Jambi Letnan Kolonel Abunjani dan staffnya.
  1.  Sumatera Selatan (29 Desember 1948)
Dilatarbelakangi dengan terjadinya pelanggaran garis Demarkasi oleh Belanda, tiga daerah yang menjadi sasaran Belanda yaitu Tebing tinggi, Pagaralam, dan Muara dua yang berhadapan langsung dengan kekuatan pasukan Belanda.
Penyerangan dilakukan oleh Belanda di sektor Palembang utara yaitu daerah Musi Banyuasin (Mangunjaya) dimulai pada 29 Desember 1948 sekitar pukul 07.00 dengan melakukan tembakan mortier dan Meriam Howitser ke arah pasukan TNI, dan terus maju diiringi oleh pasukan motor landing craftnya serta kapal terbang yang menembaki sasaran pertahan pasukan TNI. pasukan TNI menempati lubang pertahanan dipinggir sungai musi untuk menembak sasaran motor musuh. Dalam pertempuran ini Kapten Makmun Murod didampingi A. Karim Umar Hasan sebagai komandan dan pasukan.
Kapten Makmum Murod mengomandokan senapan mesin juki menembak sasaran motor landing craft Belanda yang bergarak maju yang akan melewati garis pertahanan pasukan. Pertempuran front Babat toman jatuh ke tangan musuh. Makmum Murod didampingi A. Karim Umar Hasan mundur ke sungai angit.
Penyerang Belanda terhadap Tebing tinggi dilakukan melalui Sukarame pada tanggal 31 Desember 1948, di sungai Empayang dusun Saung Naga. Dipimpin Letnan dua Sumaji, yang kemudian gugur. Sebelum komandan Batalion mengundurkan diri TNI melakukan perusakan jembatan atau bangunan di daerah Tebing tinggi. R.Z Abidin begerilya di daerah pendudukan Belanda yaitu Bunga Mas. Pasukan Karim Kadir dan Adnan Ibrahim masuk daerah lintang antara kota Lahat dan Pagarlam. Pasukan Faisol di daerah Lintang Empat lawang. Sedangkan titik pertemuan dengan staff Batalion di dusun Perangai. Pasukan Belanda berhasil merebut markas Batalion XII setelah terjadi perlawanan sengit dengan pasukan TNI. Sebagian Belanda bergerak ke lubuk linggau dan menyerang daerah Muara Beliti.
Di periuk dekat Lubuk Linggau Belanda bertemu bagian dari pasukan TNI-Subkoss. Sersan M. Jazid Denin berserta Letnan dua Samsul Bahri meledakkan Jembatan Megang. Komandan STP(Sub Territorium Palembang) memberikan instruksi untuk menghancukan bangunan milik Belanda .
Komadan STP Letnan Kolonel Bambang Utoyo memerintahkan Letnan dua Muchtar Aman untuk meledakkan beberapa lokomotif kereta api yang ada distasiun Lubuk linggau. Pada tanggal 29 Desember 1948 pukul 08.00 pagi kota lubuk linggau kembali di serang dari udara oleh pasukan militer Belanda dengan menembaki markas subkoss dan lain-lainnya dan jalan menghubungkan Tebing tinggi –Muara beliti ke lubuk linggau.hari jumat 31 Desember 1948 dipimpin oleh Inspektur satu Abdullah kadir berangkat dari lubuk linggau. Pada tanggal 1 januari 1949 terjadi petempuran di dalam kota. Bersamaan dengan itu terjadi peledakkan kantor telepon. daerah pagaralam mulai diserang Belanda pada tanggal 30 Desember 1948.
Pasukan Belanda lewat Endiket mengalami peetempuran dengan dikomandoi pasukan Rasyid Nawawi dan kapten M,Yunus dari Batalion XVI. Para pejuang di daerah ini antara lain pasukan Simajuntak (Harimau Malaya). Pada tanggal 30 Desember 1948 kota Pagaralam dapat diduduki Belanda.
Belanda melanjutkan serangan dari pagaralam ke daerah lintang Empat lawang. Belanda menyerang dari arah simpang Martapura berhadapan dengan pasukan Letnan satu Ryacudu dan Letnan satu Hasbullah Bakri. Pasukan Belanda menyerbu melalui Tanjung Langkayap dihadang laskar rakyat Muara dua yang bertahan di front tersebut dibawah pimpinan Patih Nawawi.
Menghambat masuknya tentara Belanda ke Curup panglima subkoss memberikan perintah kepada komandan Batalion XXVIII M. Zen Ranni untuk seluruh Batalion maju ke arah kepala Curup. Kompi di bawah pimpinan letnan satu Z. Arifin Djamil mengambil posisi untuk menyerang dan bertahan di atas tebing depan Jembatan Teliu. Pasukan mundur ke Beringin III untuk membuat pertahanan di tebing Mojorejo, tetapi tidak bertahan lama karena Belanda menyerang dari darat dan udara. Dalam gerak majunya pasukan Belanda ke Curup masih mendapat gangguan-gangguan, pada pukul 17.00 Belanda dapat menduduki kota Curup.
  1.  Lampung (1 Januari 1949)
Pada malam hari konvoi kapal kapal perang dan kapal pengangkut pasukan Belanda memasuki areal Teluk Lampung untuk melalui pelabuhan pajang. pasukan TNI-AL dipimpin Kapten Tobing melakukan perlawanan
Pasukan Batalion XXVI berada di Tanjung Karang dipimpin Letnan satu KGS Zen dan Letnan dua Ismail latif melakukan pembumihangusan, dalam suasana kabut puing kebakaran Belanda berhasil merebut Tanjung Karang-Teluk Betung pada tanggal 1 Janauri 1949.
  1.  Bengkulu (5 januari 1949)
Bengkulu diserang dari laut oleh kapal-kapal perang Belanda dan pesawat udara. Juga menjatukan bom dibelakang kota Bengkulu. Pukul 11.00 Belanda dapat mendaratkan pasukannya di pelabuhan Bengkulu, dan tejadilah pertempuran sengit dibawah komandan Batalion XXVI yang dipimpin langsung oleh Letnan satu Nawawi Manaf, pasukan Letnan satu Djarab, Sersan Mayor Supardi dan letnan dua A. Mahyudin yang dibantu oleh pasukan AL-RI dibawah pimpinan Letnan dua Wim Tamawiwi untuk berjuang mempertahankan Bengkulu. Daerah pertama yang direbut oleh Belanda adalah bekas Benteng Inggris Fort Malborough dan kemudian berpencar kearah Sumur Malele dan Tengah Padang. Di Subkoss Malele mereka menduduki komplek pastori TP Daud Fikir. Akibatnya pasukan TNI Subkoss terpaksa meninggalkan daerah Bengkulu. Pasukan Batalion menarik diri dari luar kota Bengkulu ke arah utara, selatan dan timur membuat lingkaran sekeliing kota Bengkulu. Dengan demikian pada hari itu kota Bengkulu dapat direbut dan diduduki oleh pasukan Belanda.
I.                    Daerah Militer Istimewa Daerah Sumatera Selatan
  1.  Pembentukan
Pada saat terjadinya Agresi Militer II Belanda, Pemerintahan Sipil yang dipimpin Gubernur M. Isa masih berkedudukan di Curup. Berdasarkan pertimbangan agar pemerintahan tetap berjalan maka pusat pemerintahan kemudian dipindahkan ke Muara Aman. Agresi militer II telah menimbulkan tekat para pemimpin di daerah ini untuk tetap mempertahankan RI dan mencari jalan yang tepat agar dapat mengaktifkan perlawanan terhadap Belanda. Tanggal 23 Desember 1948 diadakan musyawarah antara Gebernur, badan pekerja DPR Sumatera Selatan dan komandan sub komando Sumatera Selatan sebagai salah satu daerah militer dan sebagai Gebernur militernya ditetapkan oleh dr. AK. Gani. wakil gebernur wilayah M. Simbolon yang dibantu oleh M. Ali Amin sebagai seketaris gubernur militer letnan Kolonel dr. Ibnu Sutowo sebagai Staff , kapten AY. Patiasina sebagai pimpinan pengawal/pengamanan Gubernur militer dan A.S Sumadi sebagai Staff penerangan. Dengan demikian semua kekuatan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan secara terpadu berada dibawah satu pimpinan gebernur militer dengan nama Daerah Militer Sumatera Selatan (DMISS).
  1. Kegiatan Pemerintahan (DMISS)
Selama berdirinya DMISS kegiatan yang dilakukan cukup banyak. Menurut SK ketua PDRI tanggal 16 Mei 1949 no.21/pem/pdri menyebutkan bahwa segala kekuasaa sipil dan militer dilakukan oleh gubernur militer, sementara Dr. M. Isa sebagai gebernur sumatera selatan dengan SK pdri no.23/pem/pdri diangkat sebagai komisaris pemerintahan untuk daerah Sumatera Selatan. DMISS bermula bermarkas di Muara Aman, pada pertengahan bulan april 1949 setelah adanya gerakan Belanda yang mendekati Muara aman, maka markas DMISS dipindahkan ke Taba atas dan dipindahakan lagi ke lebong tandai. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari A.K Gani dibantu oleh M Alia Amin selaku seketaris.
II.                 Front Pertempuran Masa Agresi Militer II Belanda
Berbagai instruksi penyerangan dan instruksi untuk mempertahankan daerah-daerah yang masih dikuasai oleh pihak RI dikeluarkan dari daerah yang dijadikan markas komando militer, sejumlah daerah front pertempuran terjadi didalam wilayah sub komando Sumatera Selatan. pasukan TNI yang awal Agresi Militer II mengundurkan diri kemudian menyusun kekuatan untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda secara bergerilya. Markas Subkoss yang awalnya berada di Lubuk Linggau kemudian dipindahkan ke Curup hingga tanggal 5 Januari 1949 kemudian dipindahkan ke Muara aman. Dengan kata lain selama agresi militer II kedudukan markas komando selalu berpindah bersifat mobil sesuai perkembangan situasi saat itu. Dalam upaya menghindari serangan Belanda dan sekaligus tetap mempertahankan wilayah Indonesia. Begitu juga pada daerah-daerah yang masih dikuasai RI diusahakan untuk tetap dipertahankan dengan segala kemampuan yang ada oleh sebab itu sejumlah pertempuran terjadi di daerah sumatera selatan.
1. Front Pertempuran di Sub Territorial Palembang
a.      Persiapan STP Menghadapi agresi militer II Belanda
Letnan Kolonel Bambang Utoyo sebagai komando Sub Territorial Palembang (STP) mengadakan konsolidasi staff dan besoknya tanggal 22 Desember 1948, markas komando STP dipindahkan ke Lubuk Linggau. Sedangakan staff subkoss dibawah  Pimpinan Panglima M. Simbolon pindah ke Padang Ulak Tanding (Daerah Keresidenan Bengkulu). Staff  di Lubuk Linggau membuat rencana perintah operasi peralawan secara umum diberikan dibawah komando STP. Komandan stp membagi daerah pertahannan atas tiga sektor yaitu
a)      Sektor Utara Sub Territorial Palembang (SUSTP) meliputi daerah-daerah kabupaten Musi Banyuasin, Musi Rawas dipimpin oleh Kapten A.R Saroninsong dengan kepala staff Kapten M. Saihusin.
b)      Sektor Tengah Sub Territorial Palembang (STSTP) meliputi daerah kabupaten Muarenim dan lahat dipimpin oleh kapten Rasyad Nawawi dengan kepala staffnya kapten M. Yunus.
c)      Sektor Selatan Sub Territorial Palembang meliputi kabupaten Ogan komering ilir (OKI), Ogan komering ulu (OKU) yang dipimpinn Dani Effendi dan wakilnya letnan satu Alamsyah Ratu Perwiranegara.
b.      Front Pertempuran
a)      Front pertempuran Sektor palembang utara
Sektor palembang utara termasuk daerah yang mendapat perhatian dari Belanda, karena di sektor ini terdapat Markas Sub Territrial Palembang dan Markas Subkos. Daerah yang termasuk dalam wilyah pertahanan sektor palembang utara adalah Kabupaten Musi Rawas dan Musi Banyuasin. Selama berlangsungnya Agresi Militer Belanda II telah terjadi berbagai pertempuran di sektor ini yaitu, pertempuran di Musi Rawas, pertempuran di Babat Toman, Tanah Abang dan sekitarnya, dan pertempuran di Dusun Pauh.
b)      Front pertempurn di Musi Rawas
Pada tanggal 30 Desember 1948 sekitar pukul 08.00 WIB pagi, pertempuran sengit terjadi antara pasukan TNI Subkoss dengan Belanda di daerah antara Muara Beliti–Lubuk Linggau. Pasukan TNI Subkoss segera mengatur persiapan perlawanan untuk melakukan hambatan disepanjang jalan dari Muara Beliti sampai dengan Kota Lubuk Linggau dan melakukan politik bumi hangus, antara lain: jembatan sungai Kelingi, lokomoti kereta api di Keresidenn Lubuk Linggau, kantor-kantor dan rumah Panglima Subkoss Kolonel M. Simbolon (sekarang gedung musium perang kemerdekaan subkoss Garuda Sriwijaya Sumatera Bagian Selatan).
Belanda melakukan serangan dari udara dengan menggunakan sebuah pesawat jenis B.2 dan sebuah pesawat pengintai jenis capung, serangan ini dilakukan sepanjang hari diseluruh kota Lubuk Linggau dan sekitarnya secara sporadis. Pesawat pasukan Belanda menembaki kawat-kawat telepon sepanjang jalan arah ke Curup dengan tiga mobil truck kingkong pengangkut TNI yang tidak sempat dilarikan.
Sesuai dengan rencana yang diputuskan maka penyebrangan pasukan secara bergiliran dimulai yang memakan waktu selama tiga jam. Dibawah pimpiman kepala Dusun Prabumenang, Krio M Hassan dengan dibantu oleh Penggwao Tjik Maid-Penggowo Manttarip dan Barap, tanpa rakyat prabumenang pasukan kompi I dan kompi II tidak akan dapat menyebrang sungai Lematang dengan cepat dan aman.
Setelah pasukan terkonsoslidasi dititik kumpul, kedua kompi segera bergerak menuju Talang kebun karet, dengan menggunakan petunjuk jalan: Penggowo Tjik Maid, Manasan dan Masujud, ketiganya rakyat dari Dusun Prabumenang. Di Talang ini kedua kompi bermalam sampil mengumpulkan keterangan guna bahan pertimbangan dalam gerakan esok harinya. Selanjutnya mereka bergerak menuju Talang Pesawahan yang disebut juga Talang Kebun Duren, wilayah ini dianggap memenuhi persyaratan untuk konsolidasi dan istirahat bagi kedua kompi, selama kurang lebih satu minggu mereka mendiami wilayah tersebut pasukan ini melanjutkan perjalanan menuju Talang Batu Ampar, daerah Air Lawai. Dengan demikian kompi I dan II Batalion XI/GM telah berada diwilayah Sektor Palembang Tengah.
c)      Front Pertempuran sektor palembang tengah
Pertempuran di Muara enim
Didaerah kabupaten muara enim terjadi beberapa kali pertempuran yang dilakukan pleh pasukan kompi I dan II Batalion XI/GM. Pertempuran terjadi pada saat kedua kompi melakukan Long March menuju markas front Palembang tengah di Simpang Sender. Jalannya pertempuran pasukan kompi I pimpinan letnan satu Makmum Murod dan Kompi II pimpinan Letnan satu Animan Achyat diuraikan dibawah ini.
Pertempuran Talang Batu Ampar
Pada bulan mei 1949 sekitar pukul 16.00 kompi I dan II Batalion XI Garuda merah  pimpinan Letnan Satu Makmun Murod tiba di Talang Batu Ampar, daerah Air Lawai. Sekitar 30 menit setelah pasukan tiba di talang tersebut, terjadi pertempuran mendadak antara regu kawal depan dan kompi II pimpinan Letnan I Animan Ahmat dengan patroli tentara Belanda yang tidak diketahui berapa kekuatannya. Kontak senjata terjadi beberapa saat , dengan kecepatan yang tinggi. Pasukan kompi I dan II segera mengadakan perlawanan mengambil posisi yang baik untuk menyerang dan menyergap musuh. Ternyata dengan mengadakan perlawanan itu patroli Belanda menjadi terkejut, sambil melakukan tembakan terhadap regu pengawal kompi II, mereka melarikan diri. Pasukan TNI tidak dapat melakukan pengejaran karena tidak jelas arah pelarian mereka.
Akibat kontak senjata yang mendadak ini dua orang prajurik kompi II, yaitu Kopral bari dan Prajurit Satu Aziz gugur, sedangkan prajurit satu jamil mengalami luka ringan. Jenazah Kopral bari dan Prajurit Satu Azizdimakamkan dengan Hikmat di Talang Batu Ampar. Setelah upacara pemakaman anggota pasukan kedua kompi mengambil posisi diluar talang , di daerah perbukitan, menyusun pertahan lingkaran dan malamnya anggota pasukan tidur ditempat posisi perlindungan mereka masing-masing.
Keesokan harinya pasukan kedua kompi bergerak menuju daerah semendo darat. Dengan perasaan sedih dan haru yang mendalam, kedua kompi meninggalkan talang batu ampar, dimana bersemayam dua orang pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raganyadalam pertempuran ini.
Pertempuran di tebing tenggalingan
Pada tanggal 2-5 juni 1949 pertempuran terjadi di dusun tebing tenggalingan yang terletak antara Sugi Waras dan pulau panggung, lebih kurang 10 km dari pulang panggung, km 18 dari arah sugi waras. Pertempuran ini disebabkan oleh dilakukannya penghadangan terhadap pasukan Belanda oleh pasukan HS. Simanjuntak (Singa negara)  yang mundur ke tanjung sakti setelah mempertahankan front strategis (pagaralam) dan meneruskan perjalanan ke semendo – Ulu Enim di segamit kemudian dari segamit terus ke tanjung laut.
Keadaan pasukan sudah sangat letih dan persediaan peluru senjatah sudah sangat sedikit, berhubungan dengan medan yang sangat kritis yaitu adanya jurang yang sangat dalam sehingga jika terjadi pertempuran kemungkinan besar pasukan memakan korban yang banyak. Sesuai dengan medan, pasukan yang jumlahnya 48 orang dibagi tiga bagian, yaitu sebagian bersembunyi di jurang di bawah jalan, sebagian memasang Landmjin atau ranjau dan sebagian lagi tersebar diatas jalan dan melakukan pengintaian dengam memanjat kayu tinggi untuk mengamati musuh yang akan melewati tempat yang sudah dipasang ranjau. Dalam pertempuran ini dua mobil truk dapat dihancurkan sedangkan senjata yang berhasil dirampas dari pihak belanda sebanyak 28 pucuk yang terdiri dari 2 pucuk brend, 3 pucuk sten, 1 pucuk pistol, 22 pucuk L.E 22. Selain itu juga diperoleh granat 10 buah, peluru satu peti utuh dan tiap senjata berisi 50 butir, serta brend cadangan houder back 9 buah.
Adapun anggota yang turut berperang dalam pertempuran ini antara lain, HS. Simanjuntak, L.Simanjuntak, Ali Agus, Anwar Salam, A. Ansori, Nur Buhir, Nangsari, Nanung, Asmawi, Hasbullah Daud, Sam Umar, Abdullah, A. Karim, M junnus, Jurit, Burlian, Marbek, Dilang, Saleh idis, Mahyuddin, Abu toha, Kadijo, Kadir, Subari, Suoki, Syamsudin, dan Ali Pata.
Pertempuran di kabupaten Lahat
1.      Pertempuran di Tebing Tinggi (Batu Panceh)
Pada tanggal 4 januari 1949, pukul 06.00 pagi pasukan Belanda dari arah tebing tinggi menyerang front batu panceh yang berada di kaki ulak mengkudu dengan kondisi jalan berjurang terjal di ulu sungai musi. Pertempuran ini terjadi selama 1 jam 15 menit, serangan belanda dapat dipukul mundur dengan korban diihak belanda sebanyak 3 orang meninggal dunia, 5 orang luka berat satu peti magazen peluru brend dan satu peti granat tangan yang tak sempat terbawa oleh belanda berhasil direbut pasukan TNI yang dipimpin oleh sersan Mayor M. Noer Tegoeh. Sebaliknya dipasukan pihak TNI tidak ada korban jiwa. Sejak kejadian itu front batu panceh menjadi kwasan patroli pasukan tentara Belanda yang berkedudukan di tebing tinggi. Pasukan TNI tetap mengadakan perlawanan dengan cara pada malam hari melakukan gangguan dengan tembakan ke pos Belanda di tebing Tinggi, sedangkan pada siang hari melakukan pencegatan dan penghadangan terhadap patroli-patroli pasukan Belanda, sehingga pihak belanda selalu merasa tidak aman.
Pada tanggal 22 januari 1949, belanda menyerang front batu panceh secara besar-besaran dengan kekuatan satu kompi pasukan gajah merah, diiringi  oleh pasukan tank mobil baja serta truk truk pembawa mesiu dan lengkap dengan mobil mabulancetembakan pertama dari belanda sebagai isyarat untuk peswat udara mereka yang sebelumnya mondar-mandir di atas pertahan TNI di batu panceh.pasukan TNi dan para pejuang lainnya menghadapi serangan pasukan Belanda dengan segala kempuan dan persenjataan yang ada. Pertempuran terjadi cukup seru dari kedua belah pihak. Akhirnya setelah diadakan konsolidasi. Perundingan akhirnya menghasilkan kesepakatan bahwa pasukan TNI harus mundur ke kisam dan akan diangkut oleh belanda dengan mobil melalui route Muara Lawai- Muara enim-tanjung enim- simpang sugiwaras dan sampai di simpang gunung Meraksa. Selanjutnya berjalan kaki menuju mendingin ke kisam. Pasukan TNI ini dipimpin oleh BT. Tobing, sedangkan sebagian lagi dipimpin H.S Simanjuntak yang bergerak melalui jalan hutan, guna menjaga segala kemungkinan seandainya belanda bersikap tidak jujur sehingga dapat mengadakan serangan balasan. 
2.      Serangan balas pasukan TNI ke Pagaralam
Setelah kota pagaralam diduduki belanda, Pasukan TNI dan laskar bersenjata terpaksa mengundurkan diri ke hutan dan kedusun-dusun untuk menyusun kembali kesatuan untuk melakukan perang gerilya. Pada tanggal 1 januari 1949 pasukan “Harimau selatan” yang dipimpin Letnan satu Yahya Bahar melakukan gerilya dan penghadangan terhadap tentara patroli Belanda serta melakukan penyerangan ke kota pagaralam. Serangan ini dilakukan oleh 4 orang TNI subkoss dibantu 8 orang rakyat. Dalam serangan ini dapat dirampas sepucuk senjata oleh Murot dan menewaskan 23 rang belanda. Pada tanggal 27 juli 1949 dilakukan penghadangan terhadap tentara patroli belanda di tebing air kapur yang terletak antara kota pagaralam dan Djarai. Dalam penyerangan ini beberapa orang belanda tewas dan cidera akibat ledakan landsmijn, seorang TNI subkoss gugur.
Pertempuran dilanjutkan ke lintang kiri. Pasukan TNI subkoss dipimpin sersan mayor mayu Sutadi berhasil menewaskan 7 orang tentara Belanda yang diberondong dengan senapan mesin oleh mududn di daerah air pinang muara pinang (lintang kiri) penghadangan juga dilakukan oleh pasukan TNI subkoss terhadap patroli Belanda. Dalam penghadangan ini 3 orang belanda tewas dan dari pihak TNI subkoss gugur seorang bernama Abu.
3.      Pertempuran lain di kabupaten Lahat
Pada 3 mei 1949 pos pertahanan TNI di dusun talang gedang dan kupang tebing tinggi, diserang pasukan Belanda secara mendadak. Pasukan TNI subkoss dibawah pimpinan sersan mayor malian main menghadapi serangan belanda sehingga terjadi tembak menembak dan baru berakhir setelah 2 orang belanda tewas sedangkan dipihak TNI tidak ada korban.
Pada tanggal 26 juni 1949 pos pertahanan TNI di Muara Bitung diserang Belanda, serangan berhasil digagalkan dengan kerugian dipihak belanda, 2 orang prajuritnya tewas terkena ledakan landsmijn. Keesokan harinya pihak TNI melakukan penghadangan terhadap patroli Belanda di tebing kapur pagaralam mengakibatkan 7 orang belanda cidera akibat ledakan dan 1 orang TNI gugur.
Diantara dusun ulak pandan dan lubuk pedero terjadi kontak senjata antara TNI pimpinan Letnan A. Karim Kadir dan Belanda sekitar 1 jam. Pos pertahanan TNI di talang jembatan tebing tinggi diserang belanda. Pertempuran lain terjadi disekitar jembatan kebur. Pasukan Letnan Abdurahman (Ara) dengan kekuatan 1 seksi menyerangan pertahanan belanda yang berkedudukan dijembatan kebur. Dalam penyerangan tersebut terjadi perkelahian satu lawan satu (sangkur) dan sersan syariuddin berhasil merebut Lop brent belanda yang sedang diarahkan kepasukan TNI. Akhirnya belanda banyak menderita kerugian baik senjata maupun jiwa. Begitu juga pihak pasukan Letnan Abdurahman ada beberapa korban yang gugur.
Front pertempuran sektor Palembang Selatan
d)     Pertempuran di Ogan dan Komering Ulu (Oku)
1.      Serangan Balas Pasukan TNI ke Muara Dua
Kota muara dua dapat diduduki pasukan belanda pada tanggal 30 Desember1948. dengan demikian pasukan TNI terpaksa mundur keluar kota muara dua dan brrtahan dikota way, pembengkok dan simpang Lukuan sambil menyusun kekuatan. pada tanggal 2 januari 1949, pasukan belanda menyerang tanjung Lengkayab, melakukan serangkaian tembakan dengan senjata senjata modern untuk menyerang pasukan TNI Subkoss. pasukan TNI Subkoss dqpat dipukul mundur oleh pasukan Belanda mereka berhasil menawan 7 orang polisi keamanan serta menembak mati dua orang prajurit yaitu sersan Nurdin dan kopral ali. pada tanggal 4 januari 1949 Belanda dapat menduduki tanjung lengkayap dan way Helling. dalam pertempuran di way helling dua orang anggota pasukan belanda tewas dan senjata dapat dirampas, sedangkan penyerbuan ditanjung lengkayab pasukan belanda sebanyak 15 orang tewas terkena tembakan cekepek. seluruh korabn pasukan belanda yang tewas dalam pertempuran tanjung lengkayap dan way helling diangkut oleh teman temannya ke batiraja.setelah satu minggu belanda menduduki kota muara dua, pasukan TNI subkoss dipimpin oleh letnan satu hasbullah bakrie menyerang dan menggempur kedudukan belanda yang ada dikota muara dua pada pukul 24.00. terjadilah pertempuran antara dua pasukan itu, dipihak pasukan belanda banyak yang lukaluka, sedangkan pasukan TNI subkoss tidak ada yang menjadi korban.
Pasukan TNI subkoss ingin merembut kembali kota muara dua dari tangan belanda, umtuk itu dilakukan perencanaan penyerangam kota muara dua.,pasukan TNI subkossenempatkan empat pasukan mengepung kota muara dua. keempat pasukan itu terdiri dari pasukan mayor dani effendi menyerang dari arah jembatan lukuan, habullah bakrie menyerang dari jembatan muara dua, letnan satu heacudu menyerang dari timbangan dan dusum hisam dan letnan doengtijik hasan menyerang dari kota muara dua.
Penyerbuan yang dilakukan oleh TNI subkoss secara griliya pada malam hari itu tidk berhasil metebut kembali kota muara dua, karena aksi perebutan itu belum sempat mereka lakukan, hari sudah siang sehingga mereka terpaksa mundur dari kota muara dua. masing masing pasukan lalu merela menyebar keuluan, mereka bertahan diberbagai tempat seperti arah simpang sender (ranau), arah kisam - singau, krui- liwa dan talang padang- kota way. sementar itu yang menempati front terdepan (lebih kurang 10km dari kota muara dua) , yaitu letnan satu hasbullah bakrie letnan muda M.Sufi letnan satu abdurrahman hamidi dan lain- lain. ( ayasan bakti perjuangan jilid VI dan VII : Doengtijik hasan hasbullah bakrie dan kapten tambu)
Selain itu, perangkat pemerintahan sipil polisi dan staf militer mengundurkan diri, bergerak kearah ranau kisam-singau, krui dan kota way. pasukan yang mengundurkan diri kearah ranau terdiri dari :
     Komandan distrik militer beserta stafnya
     bupati palembang selatan M.said berta keluarganya
     wedana kabupaten palembang selatan beserta stafnya
     komisaris polisi kabupaten Palembang selatan Mohammad Amin
     menteri kesehatan P.H Tamba, Inspektur polisi sitar, koordinator pejuang R. Ahmad beserta stafnya, kepala inspeksi pajak umar said, kepala pengadilan negeri Tjik Nang, kepala dinas P&K, kasirah pagar gunung, kepala beacukai beserta stanya dan camat nawawi berikut stafnya.




No comments:

Post a Comment