Agresi Militer II Belanda ke Wilayah RI di Sumbagsel
Di Daerah Sumatera Bagian Selatan Agresi Militer II
Belanda dilakukan pada akhir desember 1948. Daerah pertama yang mendapat
serangan adalah Jambi (28 Desember 1948), kemudian Sumatera Selatan (29
Desember 1948), Lampung (1 Januari 1949), dan Bengkulu (5 Januari 1949).
- Jambi (28 Desember 1948)
Wilayah
Keresidenan Jambi diserang oleh pasukan Belanda. Dibawah tanggung jawab Sub Territorium Djambi (STD) dipimpin Letnan Kolonel
Abunjani. Membawahi tiga Batalion dan satu pasukan AURI , yaitu Batalion Sarolangun
dipimpin Mayor Harun Sohar, Batalion Tanah Minyak dipimpin Kapten Slamet. Batalion Jambi dipimpin Kapten Marzuki (kemudian
diganti Kapten Zainal Rivai) serta pasukan AURI yang dipimpin Kapten udara Suyono
dan Letnan udara Maki Perdana Kesuma (Syafruddin. 389)
Serangan
dilakukan dengan mengerahkan 14 pesawaat yang terdiri dari 9 Dacota, 4 pesawat
B.25 dan sebuah pesawat Mustang. Kota Jambi dihujani peluru dan bom serta
penyebaran berabagai pamlet dan Belanda juga menerjunkan pasukan payungnya
di daerah Tanah Minyak (Tempino, Kenali asam dan Bajubang) tanggal 29 Desember 1948. Pasukan TNI dan
buruh melakukan perlawanan dengan cara membumihanguskan objek-objek vital di Jambi.
Pasukan Belanda menyebarkan pamlet
untuk tidak membumihanguskan
akan tetapi hal demikian membuat Pasukan TNI dan Buruh semakin gencar melakukan
perlawanan. Pasukan
TNI dipimpin Letnan Simatupang bersama barisan buruh minyak mengadakan
perlawanan sengit di daerah Tempino,
dalam pertempuran ini gugur 20 orang TNI (termasuk Letnan simatupang, 30 buruh minyak dan 5 orang polisi.
Kapten Rivai, Kapten Marzuki
memimpin pembakaran sumur minyak. 30 sumur minyak dibakar dan baru dapat dipadamkan selam 3
bulan.dan harus dibayar mahal dengan gugurnya Kapten Marzuki dan Kapten Sujono.
Setelah pertempuran itu Belanda berhasil
menguasai produksi operasi minyak yang penting yaitu Tempino, Kenali asam dan Bajubang.
Pasukan TNI mengundurkan diri ke luar
kota sambil menyusun strategi untuk melakukan perang gerilya, dan kemudia
dipilihlah Bangko tempat Sub Territorium Jambi Letnan Kolonel Abunjani dan staffnya.
- Sumatera Selatan (29 Desember 1948)
Dilatarbelakangi
dengan terjadinya pelanggaran garis Demarkasi oleh Belanda, tiga daerah yang
menjadi sasaran Belanda yaitu Tebing tinggi, Pagaralam, dan Muara dua yang
berhadapan langsung dengan kekuatan pasukan Belanda.
Penyerangan
dilakukan oleh Belanda di sektor Palembang
utara yaitu daerah Musi Banyuasin (Mangunjaya) dimulai pada 29 Desember 1948
sekitar pukul 07.00 dengan melakukan tembakan mortier dan Meriam Howitser ke arah pasukan TNI, dan terus maju diiringi oleh pasukan
motor landing craftnya serta kapal terbang yang menembaki sasaran pertahan
pasukan TNI. pasukan TNI menempati lubang pertahanan dipinggir sungai musi untuk
menembak sasaran motor musuh.
Dalam pertempuran ini Kapten Makmun Murod didampingi A. Karim Umar Hasan
sebagai komandan dan pasukan.
Kapten
Makmum Murod mengomandokan senapan mesin juki menembak sasaran motor landing craft
Belanda yang bergarak maju yang
akan
melewati
garis pertahanan pasukan. Pertempuran front Babat toman jatuh ke tangan musuh. Makmum Murod didampingi A. Karim Umar Hasan
mundur ke sungai angit.
Penyerang
Belanda terhadap Tebing tinggi dilakukan melalui Sukarame pada tanggal 31 Desember
1948, di sungai
Empayang dusun Saung Naga. Dipimpin
Letnan dua Sumaji,
yang
kemudian gugur. Sebelum
komandan Batalion mengundurkan diri TNI melakukan perusakan jembatan atau
bangunan di daerah Tebing tinggi. R.Z Abidin begerilya di daerah pendudukan
Belanda yaitu Bunga Mas.
Pasukan Karim Kadir dan Adnan Ibrahim masuk daerah lintang antara kota Lahat
dan Pagarlam. Pasukan Faisol di daerah Lintang Empat lawang. Sedangkan titik
pertemuan dengan staff Batalion di dusun Perangai. Pasukan Belanda berhasil
merebut markas Batalion XII setelah terjadi perlawanan sengit dengan pasukan
TNI. Sebagian Belanda bergerak ke lubuk linggau dan menyerang daerah Muara Beliti.
Di
periuk dekat Lubuk Linggau Belanda bertemu
bagian
dari pasukan TNI-Subkoss. Sersan
M. Jazid Denin berserta Letnan dua Samsul
Bahri meledakkan Jembatan
Megang. Komandan
STP(Sub Territorium Palembang)
memberikan instruksi untuk menghancukan bangunan milik Belanda .
Komadan
STP Letnan Kolonel Bambang Utoyo memerintahkan Letnan dua Muchtar Aman untuk
meledakkan beberapa lokomotif kereta api yang ada distasiun Lubuk linggau. Pada
tanggal 29 Desember 1948 pukul 08.00 pagi kota lubuk linggau kembali di serang
dari udara oleh pasukan militer Belanda dengan menembaki markas subkoss dan
lain-lainnya dan jalan menghubungkan Tebing tinggi –Muara beliti ke lubuk
linggau.hari jumat 31 Desember 1948 dipimpin oleh Inspektur satu Abdullah kadir
berangkat dari lubuk linggau. Pada
tanggal 1 januari 1949 terjadi petempuran di dalam kota. Bersamaan dengan itu
terjadi peledakkan kantor telepon. daerah pagaralam mulai diserang Belanda pada
tanggal 30 Desember 1948.
Pasukan
Belanda lewat Endiket mengalami peetempuran dengan dikomandoi pasukan Rasyid
Nawawi dan kapten M,Yunus dari Batalion XVI. Para pejuang di daerah ini antara lain
pasukan Simajuntak (Harimau Malaya). Pada tanggal 30 Desember 1948 kota Pagaralam
dapat diduduki Belanda.
Belanda
melanjutkan serangan dari pagaralam ke daerah lintang Empat lawang. Belanda
menyerang dari arah simpang Martapura berhadapan dengan pasukan Letnan satu
Ryacudu dan Letnan satu Hasbullah Bakri. Pasukan
Belanda menyerbu melalui Tanjung Langkayap dihadang laskar rakyat Muara dua
yang bertahan di front tersebut dibawah pimpinan Patih Nawawi.
Menghambat
masuknya tentara Belanda ke Curup panglima subkoss memberikan perintah kepada
komandan Batalion XXVIII M. Zen
Ranni untuk seluruh Batalion
maju ke arah kepala Curup. Kompi di bawah pimpinan letnan satu Z. Arifin Djamil
mengambil posisi untuk menyerang dan bertahan di atas tebing depan Jembatan Teliu. Pasukan mundur ke Beringin III
untuk membuat pertahanan di tebing Mojorejo, tetapi tidak
bertahan lama karena Belanda menyerang dari darat dan udara. Dalam gerak majunya
pasukan Belanda ke Curup masih mendapat gangguan-gangguan, pada pukul 17.00 Belanda dapat menduduki
kota Curup.
- Lampung (1 Januari 1949)
Pada
malam hari
konvoi kapal kapal perang dan kapal pengangkut pasukan Belanda memasuki areal
Teluk Lampung untuk melalui pelabuhan pajang. pasukan TNI-AL dipimpin Kapten Tobing
melakukan perlawanan
Pasukan
Batalion XXVI berada di Tanjung Karang dipimpin Letnan satu KGS Zen dan Letnan
dua Ismail latif melakukan pembumihangusan, dalam
suasana kabut puing kebakaran Belanda berhasil merebut Tanjung Karang-Teluk Betung
pada tanggal 1 Janauri 1949.
- Bengkulu (5 januari 1949)
Bengkulu
diserang dari laut oleh kapal-kapal perang Belanda dan pesawat udara. Juga
menjatukan bom dibelakang kota Bengkulu. Pukul 11.00 Belanda dapat mendaratkan
pasukannya di pelabuhan Bengkulu,
dan tejadilah pertempuran sengit dibawah komandan Batalion XXVI yang dipimpin
langsung oleh Letnan satu Nawawi Manaf, pasukan Letnan satu Djarab, Sersan
Mayor Supardi dan letnan dua A. Mahyudin yang dibantu oleh pasukan AL-RI
dibawah pimpinan Letnan dua Wim Tamawiwi untuk berjuang mempertahankan
Bengkulu. Daerah pertama yang direbut oleh Belanda adalah bekas Benteng Inggris
Fort Malborough dan kemudian berpencar kearah Sumur Malele dan Tengah Padang. Di Subkoss
Malele mereka menduduki komplek pastori
TP Daud Fikir. Akibatnya
pasukan TNI Subkoss
terpaksa meninggalkan daerah Bengkulu. Pasukan
Batalion menarik diri dari luar kota Bengkulu ke arah
utara, selatan dan timur membuat lingkaran sekeliing kota Bengkulu. Dengan
demikian pada hari itu kota Bengkulu dapat direbut dan diduduki oleh pasukan Belanda.
I.
Daerah Militer Istimewa Daerah
Sumatera Selatan
- Pembentukan
Pada
saat terjadinya Agresi Militer II Belanda, Pemerintahan Sipil yang dipimpin Gubernur M. Isa
masih berkedudukan di Curup.
Berdasarkan pertimbangan agar
pemerintahan tetap berjalan maka pusat pemerintahan kemudian dipindahkan ke Muara Aman. Agresi
militer II telah menimbulkan tekat para pemimpin di daerah ini untuk tetap
mempertahankan RI dan mencari jalan yang tepat agar dapat mengaktifkan perlawanan terhadap
Belanda. Tanggal 23 Desember 1948 diadakan musyawarah antara Gebernur, badan pekerja DPR Sumatera Selatan dan
komandan sub komando Sumatera Selatan sebagai salah satu daerah militer dan
sebagai Gebernur militernya ditetapkan oleh dr. AK. Gani. wakil gebernur wilayah M. Simbolon yang dibantu oleh M. Ali Amin sebagai seketaris gubernur militer letnan Kolonel dr. Ibnu
Sutowo sebagai Staff , kapten AY. Patiasina
sebagai pimpinan pengawal/pengamanan Gubernur
militer dan A.S Sumadi sebagai Staff penerangan. Dengan demikian semua kekuatan yang ada
di Provinsi Sumatera Selatan secara terpadu berada dibawah satu pimpinan
gebernur militer dengan nama Daerah Militer Sumatera Selatan (DMISS).
- Kegiatan Pemerintahan (DMISS)
Selama
berdirinya DMISS kegiatan yang dilakukan cukup banyak. Menurut SK ketua PDRI tanggal 16 Mei 1949
no.21/pem/pdri menyebutkan bahwa segala kekuasaa sipil dan militer dilakukan
oleh gubernur
militer, sementara
Dr. M. Isa
sebagai gebernur sumatera selatan dengan SK
pdri no.23/pem/pdri diangkat sebagai komisaris pemerintahan untuk daerah Sumatera Selatan. DMISS bermula bermarkas di Muara Aman, pada pertengahan bulan april 1949
setelah adanya gerakan Belanda yang mendekati Muara aman, maka markas DMISS
dipindahkan ke Taba atas dan dipindahakan lagi ke lebong tandai. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari A.K
Gani dibantu oleh M Alia Amin selaku seketaris.
II.
Front Pertempuran Masa Agresi Militer
II Belanda
Berbagai
instruksi penyerangan dan instruksi untuk mempertahankan daerah-daerah yang
masih dikuasai oleh pihak RI dikeluarkan dari daerah yang dijadikan markas
komando militer, sejumlah daerah front pertempuran terjadi didalam wilayah sub
komando Sumatera Selatan. pasukan TNI yang awal Agresi Militer II mengundurkan
diri kemudian menyusun kekuatan untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda
secara bergerilya. Markas
Subkoss yang awalnya berada di Lubuk Linggau kemudian dipindahkan ke Curup
hingga tanggal 5 Januari 1949 kemudian dipindahkan ke Muara aman. Dengan kata
lain selama agresi militer II kedudukan markas komando selalu berpindah
bersifat mobil sesuai perkembangan situasi saat itu. Dalam upaya menghindari
serangan Belanda
dan sekaligus tetap mempertahankan wilayah Indonesia. Begitu juga pada daerah-daerah yang masih
dikuasai RI diusahakan untuk tetap dipertahankan dengan segala kemampuan yang
ada oleh sebab itu sejumlah pertempuran terjadi di daerah sumatera selatan.
1.
Front Pertempuran di
Sub Territorial Palembang
a.
Persiapan
STP Menghadapi agresi militer II Belanda
Letnan Kolonel Bambang Utoyo sebagai
komando Sub Territorial Palembang (STP) mengadakan konsolidasi staff dan
besoknya tanggal 22 Desember 1948, markas komando STP dipindahkan ke Lubuk Linggau. Sedangakan staff subkoss dibawah
Pimpinan
Panglima M. Simbolon
pindah ke Padang Ulak Tanding
(Daerah
Keresidenan Bengkulu). Staff di Lubuk Linggau membuat rencana perintah operasi
peralawan secara umum diberikan dibawah komando STP. Komandan stp membagi
daerah pertahannan atas tiga sektor yaitu
a) Sektor
Utara Sub Territorial Palembang (SUSTP) meliputi daerah-daerah kabupaten Musi Banyuasin,
Musi Rawas dipimpin oleh Kapten A.R Saroninsong dengan kepala staff Kapten M.
Saihusin.
b) Sektor
Tengah Sub Territorial Palembang (STSTP) meliputi daerah kabupaten Muarenim dan
lahat dipimpin oleh kapten Rasyad Nawawi
dengan kepala staffnya kapten M. Yunus.
c) Sektor
Selatan Sub Territorial Palembang meliputi kabupaten Ogan komering ilir (OKI),
Ogan komering ulu (OKU) yang dipimpinn Dani Effendi dan wakilnya letnan satu Alamsyah
Ratu Perwiranegara.
b.
Front
Pertempuran
a) Front
pertempuran Sektor palembang utara
Sektor palembang utara termasuk daerah
yang mendapat perhatian dari Belanda, karena
di sektor ini terdapat Markas
Sub Territrial Palembang dan Markas Subkos. Daerah yang termasuk dalam wilyah
pertahanan sektor palembang utara adalah Kabupaten
Musi Rawas dan Musi Banyuasin. Selama berlangsungnya Agresi Militer Belanda II telah terjadi berbagai
pertempuran di sektor ini yaitu, pertempuran di Musi Rawas, pertempuran di Babat Toman, Tanah Abang dan sekitarnya, dan pertempuran di Dusun Pauh.
b) Front
pertempurn di Musi Rawas
Pada tanggal 30 Desember 1948 sekitar
pukul 08.00 WIB pagi, pertempuran sengit terjadi antara pasukan TNI Subkoss dengan Belanda di daerah antara Muara
Beliti–Lubuk
Linggau. Pasukan TNI Subkoss segera mengatur persiapan perlawanan untuk
melakukan hambatan disepanjang jalan dari Muara Beliti sampai dengan Kota Lubuk Linggau dan melakukan politik bumi
hangus, antara
lain: jembatan sungai Kelingi, lokomoti kereta api di Keresidenn Lubuk Linggau, kantor-kantor dan rumah Panglima Subkoss Kolonel M. Simbolon (sekarang
gedung musium perang kemerdekaan subkoss Garuda Sriwijaya Sumatera Bagian Selatan).
Belanda melakukan serangan dari udara
dengan menggunakan sebuah pesawat jenis B.2 dan sebuah pesawat pengintai jenis
capung, serangan ini dilakukan sepanjang hari diseluruh kota Lubuk Linggau dan sekitarnya secara sporadis.
Pesawat pasukan Belanda menembaki kawat-kawat telepon sepanjang jalan arah ke
Curup dengan tiga mobil truck kingkong
pengangkut TNI yang tidak sempat dilarikan.
Sesuai dengan rencana yang diputuskan
maka penyebrangan pasukan secara bergiliran dimulai yang memakan waktu selama
tiga jam. Dibawah pimpiman kepala Dusun
Prabumenang, Krio M Hassan dengan dibantu
oleh Penggwao Tjik Maid-Penggowo Manttarip dan Barap, tanpa
rakyat prabumenang pasukan kompi I dan kompi II tidak akan dapat menyebrang
sungai Lematang dengan cepat dan aman.
Setelah pasukan terkonsoslidasi dititik
kumpul, kedua kompi segera bergerak menuju Talang kebun karet, dengan
menggunakan petunjuk jalan: Penggowo Tjik Maid, Manasan dan Masujud, ketiganya rakyat
dari Dusun Prabumenang. Di Talang ini kedua kompi bermalam sampil
mengumpulkan keterangan guna bahan pertimbangan dalam gerakan esok harinya.
Selanjutnya mereka bergerak menuju Talang Pesawahan yang disebut juga Talang Kebun Duren, wilayah ini dianggap memenuhi
persyaratan untuk konsolidasi dan istirahat bagi kedua kompi, selama kurang
lebih satu minggu mereka mendiami wilayah tersebut pasukan ini melanjutkan
perjalanan menuju Talang Batu Ampar, daerah
Air Lawai. Dengan
demikian kompi I dan II Batalion XI/GM telah berada diwilayah Sektor Palembang Tengah.
c) Front
Pertempuran sektor palembang tengah
Pertempuran
di Muara enim
Didaerah kabupaten muara enim terjadi
beberapa kali pertempuran yang dilakukan pleh pasukan kompi I dan II Batalion
XI/GM. Pertempuran terjadi pada saat kedua kompi melakukan Long March menuju markas
front Palembang tengah di Simpang
Sender. Jalannya pertempuran pasukan
kompi I pimpinan letnan satu Makmum Murod dan Kompi II pimpinan Letnan satu
Animan Achyat diuraikan dibawah ini.
Pertempuran
Talang Batu Ampar
Pada bulan mei 1949 sekitar pukul 16.00
kompi I dan II Batalion XI Garuda merah
pimpinan Letnan Satu Makmun Murod tiba di Talang Batu Ampar, daerah Air
Lawai. Sekitar 30 menit setelah pasukan tiba di talang tersebut, terjadi
pertempuran mendadak antara regu kawal depan dan kompi II pimpinan Letnan I
Animan Ahmat dengan patroli tentara Belanda yang tidak diketahui berapa
kekuatannya. Kontak senjata terjadi beberapa saat , dengan kecepatan yang
tinggi. Pasukan kompi I dan II segera mengadakan perlawanan mengambil posisi
yang baik untuk menyerang dan menyergap musuh. Ternyata dengan mengadakan
perlawanan itu patroli Belanda menjadi terkejut, sambil melakukan tembakan
terhadap regu pengawal kompi II, mereka melarikan diri. Pasukan TNI tidak dapat
melakukan pengejaran karena tidak jelas arah pelarian mereka.
Akibat kontak senjata yang mendadak ini
dua orang prajurik kompi II, yaitu Kopral bari dan Prajurit Satu Aziz gugur,
sedangkan prajurit satu jamil mengalami luka ringan. Jenazah Kopral bari dan
Prajurit Satu Azizdimakamkan dengan Hikmat di Talang Batu Ampar. Setelah
upacara pemakaman anggota pasukan kedua kompi mengambil posisi diluar talang ,
di daerah perbukitan, menyusun pertahan lingkaran dan malamnya anggota pasukan
tidur ditempat posisi perlindungan mereka masing-masing.
Keesokan harinya pasukan kedua kompi
bergerak menuju daerah semendo darat. Dengan perasaan sedih dan haru yang
mendalam, kedua kompi meninggalkan talang batu ampar, dimana bersemayam dua
orang pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raganyadalam pertempuran ini.
Pertempuran
di tebing tenggalingan
Pada tanggal 2-5 juni 1949 pertempuran
terjadi di dusun tebing tenggalingan yang terletak antara Sugi Waras dan pulau
panggung, lebih kurang 10 km dari pulang panggung, km 18 dari arah sugi waras.
Pertempuran ini disebabkan oleh dilakukannya penghadangan terhadap pasukan
Belanda oleh pasukan HS. Simanjuntak (Singa negara) yang mundur ke tanjung sakti setelah
mempertahankan front strategis (pagaralam) dan meneruskan perjalanan ke semendo
– Ulu Enim di segamit kemudian dari segamit terus ke tanjung laut.
Keadaan pasukan sudah sangat letih dan
persediaan peluru senjatah sudah sangat sedikit, berhubungan dengan medan yang
sangat kritis yaitu adanya jurang yang sangat dalam sehingga jika terjadi
pertempuran kemungkinan besar pasukan memakan korban yang banyak. Sesuai dengan
medan, pasukan yang jumlahnya 48 orang dibagi tiga bagian, yaitu sebagian
bersembunyi di jurang di bawah jalan, sebagian memasang Landmjin atau ranjau
dan sebagian lagi tersebar diatas jalan dan melakukan pengintaian dengam
memanjat kayu tinggi untuk mengamati musuh yang akan melewati tempat yang sudah
dipasang ranjau. Dalam pertempuran ini dua mobil truk dapat dihancurkan
sedangkan senjata yang berhasil dirampas dari pihak belanda sebanyak 28 pucuk
yang terdiri dari 2 pucuk brend, 3 pucuk sten, 1 pucuk pistol, 22 pucuk L.E 22.
Selain itu juga diperoleh granat 10 buah, peluru satu peti utuh dan tiap
senjata berisi 50 butir, serta brend cadangan houder back 9 buah.
Adapun anggota yang turut berperang
dalam pertempuran ini antara lain, HS. Simanjuntak, L.Simanjuntak, Ali Agus,
Anwar Salam, A. Ansori, Nur Buhir, Nangsari, Nanung, Asmawi, Hasbullah Daud,
Sam Umar, Abdullah, A. Karim, M junnus, Jurit, Burlian, Marbek, Dilang, Saleh
idis, Mahyuddin, Abu toha, Kadijo, Kadir, Subari, Suoki, Syamsudin, dan Ali
Pata.
Pertempuran
di kabupaten Lahat
1. Pertempuran
di Tebing Tinggi (Batu Panceh)
Pada tanggal 4 januari 1949, pukul 06.00
pagi pasukan Belanda dari arah tebing tinggi menyerang front batu panceh yang
berada di kaki ulak mengkudu dengan kondisi jalan berjurang terjal di ulu
sungai musi. Pertempuran ini terjadi selama 1 jam 15 menit, serangan belanda
dapat dipukul mundur dengan korban diihak belanda sebanyak 3 orang meninggal
dunia, 5 orang luka berat satu peti magazen peluru brend dan satu peti granat
tangan yang tak sempat terbawa oleh belanda berhasil direbut pasukan TNI yang
dipimpin oleh sersan Mayor M. Noer Tegoeh. Sebaliknya dipasukan pihak TNI tidak
ada korban jiwa. Sejak kejadian itu front batu panceh menjadi kwasan patroli
pasukan tentara Belanda yang berkedudukan di tebing tinggi. Pasukan TNI tetap
mengadakan perlawanan dengan cara pada malam hari melakukan gangguan dengan
tembakan ke pos Belanda di tebing Tinggi, sedangkan pada siang hari melakukan
pencegatan dan penghadangan terhadap patroli-patroli pasukan Belanda, sehingga pihak belanda selalu merasa
tidak aman.
Pada tanggal 22 januari 1949, belanda
menyerang front batu panceh secara besar-besaran dengan kekuatan satu kompi
pasukan gajah merah, diiringi oleh
pasukan tank mobil baja serta truk truk pembawa mesiu dan lengkap dengan mobil
mabulancetembakan pertama dari belanda sebagai isyarat untuk peswat udara
mereka yang sebelumnya mondar-mandir di atas pertahan TNI di batu
panceh.pasukan TNi dan para pejuang lainnya menghadapi serangan pasukan Belanda
dengan segala kempuan dan persenjataan yang ada. Pertempuran terjadi cukup seru
dari kedua belah pihak. Akhirnya setelah diadakan konsolidasi. Perundingan
akhirnya menghasilkan kesepakatan bahwa pasukan TNI harus mundur ke kisam dan
akan diangkut oleh belanda dengan mobil melalui route Muara Lawai- Muara
enim-tanjung enim- simpang sugiwaras dan sampai di simpang gunung Meraksa.
Selanjutnya berjalan kaki menuju mendingin ke kisam. Pasukan TNI ini dipimpin
oleh BT. Tobing, sedangkan sebagian lagi dipimpin H.S Simanjuntak yang bergerak
melalui jalan hutan, guna menjaga segala kemungkinan seandainya belanda
bersikap tidak jujur sehingga dapat mengadakan serangan balasan.
2. Serangan
balas pasukan TNI ke Pagaralam
Setelah kota pagaralam diduduki belanda,
Pasukan TNI dan laskar bersenjata terpaksa mengundurkan diri ke hutan dan
kedusun-dusun untuk menyusun kembali kesatuan untuk melakukan perang gerilya.
Pada tanggal 1 januari 1949 pasukan “Harimau selatan” yang dipimpin Letnan satu
Yahya Bahar melakukan gerilya dan penghadangan terhadap tentara patroli Belanda
serta melakukan penyerangan ke kota pagaralam. Serangan ini dilakukan oleh 4
orang TNI subkoss dibantu 8 orang rakyat. Dalam serangan ini dapat dirampas
sepucuk senjata oleh Murot dan menewaskan 23 rang belanda. Pada tanggal 27 juli
1949 dilakukan penghadangan terhadap tentara patroli belanda di tebing air
kapur yang terletak antara kota pagaralam dan Djarai. Dalam penyerangan ini
beberapa orang belanda tewas dan cidera akibat ledakan landsmijn, seorang TNI
subkoss gugur.
Pertempuran dilanjutkan ke lintang kiri.
Pasukan TNI subkoss dipimpin sersan mayor mayu Sutadi berhasil menewaskan 7
orang tentara Belanda yang diberondong dengan senapan mesin oleh mududn di
daerah air pinang muara pinang (lintang kiri) penghadangan juga dilakukan oleh
pasukan TNI subkoss terhadap patroli Belanda. Dalam penghadangan ini 3 orang
belanda tewas dan dari pihak TNI subkoss gugur seorang bernama Abu.
3. Pertempuran
lain di kabupaten Lahat
Pada 3 mei 1949 pos pertahanan TNI di
dusun talang gedang dan kupang tebing tinggi, diserang pasukan Belanda secara
mendadak. Pasukan TNI subkoss dibawah pimpinan sersan mayor malian main
menghadapi serangan belanda sehingga terjadi tembak menembak dan baru berakhir
setelah 2 orang belanda tewas sedangkan dipihak TNI tidak ada korban.
Pada tanggal 26 juni 1949 pos pertahanan
TNI di Muara Bitung diserang Belanda, serangan berhasil digagalkan dengan
kerugian dipihak belanda, 2 orang prajuritnya tewas terkena ledakan landsmijn.
Keesokan harinya pihak TNI melakukan penghadangan terhadap patroli Belanda di
tebing kapur pagaralam mengakibatkan 7 orang belanda cidera akibat ledakan dan
1 orang TNI gugur.
Diantara dusun ulak pandan dan lubuk
pedero terjadi kontak senjata antara TNI pimpinan Letnan A. Karim Kadir dan
Belanda sekitar 1 jam. Pos pertahanan TNI di talang jembatan tebing tinggi diserang
belanda. Pertempuran lain terjadi disekitar jembatan kebur. Pasukan Letnan
Abdurahman (Ara) dengan kekuatan 1 seksi menyerangan pertahanan belanda yang
berkedudukan dijembatan kebur. Dalam penyerangan tersebut terjadi perkelahian
satu lawan satu (sangkur) dan sersan syariuddin berhasil merebut Lop brent
belanda yang sedang diarahkan kepasukan TNI. Akhirnya belanda banyak menderita
kerugian baik senjata maupun jiwa. Begitu juga pihak pasukan Letnan Abdurahman
ada beberapa korban yang gugur.
Front
pertempuran sektor Palembang Selatan
d) Pertempuran
di Ogan dan Komering Ulu (Oku)
1. Serangan
Balas Pasukan TNI ke Muara Dua
Kota muara dua dapat diduduki pasukan
belanda pada tanggal 30 Desember1948. dengan demikian pasukan TNI terpaksa
mundur keluar kota muara dua dan brrtahan dikota way, pembengkok dan simpang
Lukuan sambil menyusun kekuatan. pada tanggal 2 januari 1949, pasukan belanda
menyerang tanjung Lengkayab, melakukan serangkaian tembakan dengan senjata
senjata modern untuk menyerang pasukan TNI Subkoss. pasukan TNI Subkoss dqpat
dipukul mundur oleh pasukan Belanda mereka berhasil menawan 7 orang polisi
keamanan serta menembak mati dua orang prajurit yaitu sersan Nurdin dan kopral
ali. pada tanggal 4 januari 1949 Belanda dapat menduduki tanjung lengkayap dan way
Helling. dalam pertempuran di way helling dua orang anggota pasukan belanda
tewas dan senjata dapat dirampas, sedangkan penyerbuan ditanjung lengkayab
pasukan belanda sebanyak 15 orang tewas terkena tembakan cekepek. seluruh
korabn pasukan belanda yang tewas dalam pertempuran tanjung lengkayap dan way
helling diangkut oleh teman temannya ke batiraja.setelah satu minggu belanda
menduduki kota muara dua, pasukan TNI subkoss dipimpin oleh letnan satu
hasbullah bakrie menyerang dan menggempur kedudukan belanda yang ada dikota
muara dua pada pukul 24.00. terjadilah pertempuran antara dua pasukan itu,
dipihak pasukan belanda banyak yang lukaluka, sedangkan pasukan TNI subkoss
tidak ada yang menjadi korban.
Pasukan TNI subkoss ingin merembut
kembali kota muara dua dari tangan belanda, umtuk itu dilakukan perencanaan
penyerangam kota muara dua.,pasukan TNI subkossenempatkan empat pasukan
mengepung kota muara dua. keempat pasukan itu terdiri dari pasukan mayor dani
effendi menyerang dari arah jembatan lukuan, habullah bakrie menyerang dari
jembatan muara dua, letnan satu heacudu menyerang dari timbangan dan dusum
hisam dan letnan doengtijik hasan menyerang dari kota muara dua.
Penyerbuan yang dilakukan oleh TNI
subkoss secara griliya pada malam hari itu tidk berhasil metebut kembali kota
muara dua, karena aksi perebutan itu belum sempat mereka lakukan, hari sudah
siang sehingga mereka terpaksa mundur dari kota muara dua. masing masing
pasukan lalu merela menyebar keuluan, mereka bertahan diberbagai tempat seperti
arah simpang sender (ranau), arah kisam - singau, krui- liwa dan talang padang-
kota way. sementar itu yang menempati front terdepan (lebih kurang 10km dari
kota muara dua) , yaitu letnan satu hasbullah bakrie letnan muda M.Sufi letnan
satu abdurrahman hamidi dan lain- lain. ( ayasan bakti perjuangan jilid VI dan
VII : Doengtijik hasan hasbullah bakrie dan kapten tambu)
Selain itu, perangkat pemerintahan sipil
polisi dan staf militer mengundurkan diri, bergerak kearah ranau kisam-singau,
krui dan kota way. pasukan yang mengundurkan diri kearah ranau terdiri dari :
• Komandan distrik militer beserta stafnya
• bupati palembang selatan M.said berta
keluarganya
• wedana kabupaten palembang selatan beserta
stafnya
• komisaris polisi kabupaten Palembang
selatan Mohammad Amin
• menteri
kesehatan P.H Tamba, Inspektur polisi sitar, koordinator pejuang R. Ahmad
beserta stafnya, kepala inspeksi pajak umar said, kepala pengadilan negeri Tjik
Nang, kepala dinas P&K, kasirah pagar gunung, kepala beacukai beserta
stanya dan camat nawawi berikut stafnya.
No comments:
Post a Comment