Sunday, 11 January 2015

Julius Tahija

Julius Tahija

Julius Tahija adalah seorang Pengusaha Sukses, eks mantan Letnan KNIL dan penerima kehormatan tertinggi Ridder Willems-Orde dari kerajaan Belanda. Julius Tahija dilahirkan di Surabaya tanggal 13 Juli 1916,  Menyelesaikan pendidikan HBS, sebuah sekolah dagang yang membekalinya ilmu administrative. Sejak usia 10 tahun Julius sudah ditingga mati ibunya, mulai dari usia kecil itulah Julius Tahija sudah rajin menabung dan dari uang tabungannya itulah Julius mulai belajar bisnis dengan menjual beras, diusia 12 tahun Julius Tahija sudah menguasai beberapa bahasa asing seperti Inggris, Jerman, dan Belanda termasuk cakap dalam bahasa jawa, setelah r mulai berkembang  Sebagai saudagar muda, ia kerap bekerjasama dengan saudagar keturunan Cina dan ia mengaku banyak belajar dari mereka. Bisnisnya kemudian berkembang pesat, dan ketika berusia 19 tahun, ia sudah menjadi importir barang-barang dari Belanda, Jepang, Singapore dan Amerika Serikat. Dari hanya memiliki sepeda untuk berdagang, ia kemudian mampu membeli truk untuk menjalankan bisnisnya.
Perjalanan hidupnya mulai berubah ketika pada tahun 1937 ia mendaftarkan diri sebagai tentara KNIL dan ikut latihan militer di Bandung  dan mengikuti pendidikan lanjutan di bidang penerbangan ,  hingga suatu hari ia dipanggil komandan pendidikan. “Terbangmu kurang bagus ! , jadi kamu dikembalikan ke Infantry” kata komandan merangkap pelatihnya.  Julius memang mengakui bahwa ia memang tidak “ahli” dalam menerbangkan pesawat terbang.
Ketika perang dunia melanda di belahan negra eropa dimana negara Belanda sudah ditaklukan tentara pendudukan Jerman, dan perang besar itu mulai menghampiri negara di belahan Asia dan tentara Jepang secara gemilang mulai menguasai negara Malaysia dan Singapura akhirnya tentara kekaisaran berhasil  masuk Indonesia di tahun 1942, Julius Tahija menyingkir ke Australia bersama-sama sisa pasukan KNIL beserta pemerintahan administratur colonial Belanda di Dutch East Indie.

Menerima penghargaan Tertinggi Ridder Willems-Orde
Sertifikat Riider Willems-Orde Julius Tahija

Penghargaan tertinggi Ridder Willems-Orde yang diterima Julius Tahija adalah pada saat ia bersama 13 pasukan KNIL diperintahkan menyusup ke kota kabupaten Saumlaki yg berlokasi di pulau Tanimbar di wilayah Indonesia timur yang berbatasan langsung dengan Australia.  Pasukan yang dikirim tersebut adalah pasukan Z-Force yang merupakan unit pasukan komando yang masuk ke belakang garis pertahan musuh yang bertugas menyabotase, dan mengumpulkan informasi  intelligent tentang pergerakan dan lokasi tentara Jepang. Sersan satu Julius Tahija adalah salah satu dari tim Z-force yang direkrut dan dilatih oleh pemerintah Australia untuk mengikuti misi Z-Force yang sangat-sangat berbahaya, sangat rahasia, dan penting untuk kepentingan pasukan sekutu yang bermaskas di Australia.
Pada 31 Juli 1942, satu kontingen pasukan Austalia,  mencoba mendarat di Saumlaki untuk memperkuat barisan Z-Force yang terdiri dari tentara Belanda-KNIL, tapi usaha itu gagal. Dua kapal HMAS Southern Cross dan Chinampa meninggalkan Darwin pada tanggal 28 Juli 1942. Tapi sayangnya rombongan pasukan tersebut telah didahului oleh pendaratan tentara Jepang sehari sebelumnya.Dalam pendratan tentara Jepang sehari sebelumnya itulah para pasukan Z-Force melakukan penyerangan dengan bermodalkan 13 pasukan dan bersenjatakan api ringan bertempur menghadang pendaratan 300 tentara Jepang, korban ditentara jepang banyak berjatuhan dan pendaratan pasukan itu pindah sementara ke tempat lainnya. Tak lama kemudian tentara Jepang menyerang kembali posisi pasukan Z-Force tersebut, 6 anggota pasukan Z-Force gugur , dan sisa pasukan bersembunyi di semak-semak dan mundur melakukan perang gerilya.
Sementara itu HMAS Chinampa dan HMAS Southern Cross masih agak jauh dari lokasi pendaratan dan  menyadari bahwa kota Saumlaki telah jatuh ketangan musuh. Pada sekitar pukul  09:30 HMAS Southern Cross mengalami kerusakan mesin dan Chinampa melanjutkan perjalanan sendirian menuju lokasi pendaratan . Dia berlabuh melego jangkar beberapa puluh meter dari  pelabuhan hari itu  juga dan  mengharapkan kekuatan pasukan Z-Force masih memegang kendali, Ketika Komandan kapal HMS Chinampa Warant Officer Frederick Henderson dari RANR mencoba turun dan mendarat ke pelabuhan pasukan jepang menyerang dan  Warant Officer Frederick Henderson bersama unit pasukannya langsung kembali naik ke kapal dan menjauhi dermaga tersebut.. Dan keesokan harinya pada tanggal 31 Juli 1942 HMAS Southern Cross telah kembali diperbaiki dan berada di posisi dekat dengan pelabuhan Saumlaki,  HMAS Chinampa kembali berusaha mencoba untuk  mendaratkan pasukan , tapi terpaksa  mundur setelah datang serangan yang begitu hebat dari tentara Jepang dan membunuh Henderson 34 tahun serta melukai dua orang lainnya, HMAS Chinampa dan HMAS Southern Cross akibatnya menarik diri tanpa mendarat pasukan mereka , dan kembali ke Darwin pada tanggal 2 Agustus 1942.
Akhirnya sisa Pasukan Belanda yang masih hidup mencoba melakukan pelarian mereka pulau
tetangga yaitu pulau Larat dan  mereka bergabung dengan pasukan lainnya  termasuk dua tentara 
Australia ,KNIL, Polisi setempat dan beberapa  warga sipil , lalu melanjutkan persembunyian 
di pulau-pulau lainnya dan akhirnya berhasil kembali ke wilayah Australia dengan mendarat 
di pulau Bathurst   pada tanggal 14 Agustus 1942.

Setelah Jepang kalah dan pemerintah colonial Belanda kembali masuk ke Indonesia Julius Tahija telah mendapatkan promosi dengan menjadi pangkat Letnan dengan posisi sebagai Ajudan dari Panglima tertinggi tentara KNIL di Dutch East Indies, General Simon Spoor.

Keluar dari dunia Militer

Setelah masa perang, Tahija terpilih sebagai anggota kabinet Negara Indonesia Timur dan aktif dalam negosiasi yang kemudian ikut mengantarkan Indonesia pada pengakuan kedaulatan pada Desember 1949. Atas rekomendasi Jenderal TB Simatupang, Tahija bergabung dengan TNI dengan pangkat letnan kolonel.
Dua tahun kemudian di tahun 1951, setelah mundur dari TNI, Presiden Soekarno mengajaknya bergabung dengan perusahaan minyak dan gas Amerika, Caltex, sebuah perusahaan joint venture antara Chevron dan Texaco Corps. Selepas jabatan eksekutif Caltex, Tahija kemudian terjun sepenuhnya ke bisnis dan menjadi penyantun di berbagai lembaga pendidikan.
Julius Tahija, orang Indonesia pertama yang menduduki jabatan tertinggi di Caltex (dikenal sebagai PT Caltex Pacific Indonesia/sekarang Chevron), yakni sebagai Ketua Dewan Direksi. Jabatan itu dia raih pada tahun 1966, setelah mengawali karier di bidang perusahaan minyak dan gas tersebut pada tahun 1951 sebagai Assistant to the Managing Director, Ketua Dewan Komisaris (1977) dan Ketua Emiritus Dewan Komisaris (sejak 1994). Dalam bisnis ia menjadi pelopor dalam keterlibatan pengusaha lokal dalam perusahaan multinasional, antara lain terlibat dalam PT Faroka, PT Procter & Gambler (Inggris), PT Filma, PT Samudera Indonesia, Bank Niaga, Freeport Indonesia. Ia juga tercatat sebagai pendiri Tugu Insurance, anggota Dewan Penyantun ITB
Memiliki dua putra, yakni George Tahija dan Sjakon Tahija, serta lima cucu. Julius Tahija wafat pada tanggal 30 Juli 2002 dan di makamkan di makam keluarga di daerah Puncak-Jawa Barat.






Ref : 
http://www.mmskobtsova.com/downloads/pdf/Part%201%20%20PDF.pdf
Sang Komandan, Petrik Matanasi
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/10/11/08103815/Bisnis.Beretika.ala.Julius.Tahija
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1286/Julius-Tahija
http://www.navy.gov.au/hmas-chinampa

No comments:

Post a Comment