Kapten Raymond Westerling adalah salah seorang pimpinan pasukan khusus Belanda (KST) yang mempunyai peranan besar dalam :
- Pembantaian rakyat Sulawesi Selatan periode Desember 1946 sampai dengan Februari 1947. Jumlah rakyat Sulawesi Selatan yang menjadi korban keganasan tentara Belanda hingga kini tidak jelas. Tahun 1947, delegasi Republik Indonesia menyampaikan kepada Dewan Keamanan Bangsa-bangsa (PBB), yang menyebutkan bahwa korban pembantaian terhadap penduduk, yang dilakukan oleh Kapten Raymond Westerling sejak bulan Desember 1946 di Sulawesi Selatan mencapai hingga 40.000 jiwa
- Peristiwa pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Jawa Barat pada tanggal 23 Januari 1950. Korban pemberontakan yang dilakukan APRA adalah gugurnya para prajurit terbaik dari Batalion Siliwangi termasuk pimpinan dari divisi Siliwangi yang baru menjabat yaitu Letkol Lembong yang merupakan asli dari Minahasa.
Westerling yang mempunyai nama lengkap Raymond Pierre Paul Westerling atau dikenal dengan julukan "the Turk" lahir di istanbul, Turki pada tanggal 31 August 1919 dari seorang ibu berdarah Yunani yang berasal dari keluarga pedagang barang antik di Belanda. Ketika pecah perang dunia ke-2, Westerling masuk kedunia militer dan mendapat latihan pendidikan Komando di Inggris, ketika dia berpangkat Kopral Westerling terpilih menjadi instruktur untuk materi "Unarmed Combat' dan "Silent Killing" di No. 2 Dutch Troop 10th Inter-Allied Commando. Selama karirnya di dunia militer dalam perang dunia ke-2 Westerling ternyata tidak pernah terlibat langsung dalam pertempuran di garis depan.
No comments:
Post a Comment